Jumat, 05 Desember 2014

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA TUMBUHAN



SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
PADA TUMBUHAN

A.    BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky (1917) yang berarti, “BIO = makhluk hidup”, dan “TEKNOLOGI = cara untuk memproduksi barang atau jasa.”.
European Federation of Biotechnologi (1989) mendefinisikan bioteknolog sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Secara garis besar, bioteknologi dapat diartikan sebagai seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk, meningkatkan kemampuan tumbuhan dan hewan, mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus yang berguna bagi kehiidupan manusia.
Ilmu yang mendasari bioteknologi adalah mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, genetika, ilmu pangan, bioinformatika / elektronik dan komputer.
Bioteknologi ini berkaitan dengan reaksi biologis yang dilakukan oleh jasad hidup sebagai organisme yang memiliki organel sel, jaringan dan bahan molekul, seperti DNA, RNA, protein dan enzim.

B.     SEJARAH BIOTEKNOLOGI PADA TUMBUHAN
Berikut sejarah dan perkembangan bioteknologi pada tumbuhan secara ringkas :
No
Tahun
Sejarah/Perkembangan
1
8000 SM
Bangsa Babylonia, Mesir dan Romawi sudah melakukan pengumpulan benih dan penyeleksiannya untuk meningkatkan kualitas pertanian dan ternak.
2
4000-3000 SM
Masyarakat Mesir Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuno (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
3
1500 M
Para ahli generasi awal telah melakukan pengumpulan berbagai jenis tanaman.
4
1665 M
Penemuan sel tahun 1665 M oleh Robert Hooke dengan menggunakan mikroskop telah semakin meningkatkan motivasi para ahli mengembangkan pengetahuan tentang makhluk hidup, salah satunya tumbuhan
5
1880 M
M. Gregor Johan Mendel (1856) pada akhirnya berhasil menemukan prinsip-prinsip hibridisasi (persilangan) pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum) yang merupakan salah satu produk bioteknologi tanaman .
6
1919
Pengenalan istilan bioteknologi oleh Karl Ereky, seorang Insiyur asal Hongaria.
7
1992
Produk-produk bioteknologi pangan, pertanian, industri, medis dan sebagainya semakin banyak bermunculan. Di bidang pertanian, tanaman transgenik yang merupakan produk rekayasa genetika menjadi sesuatu hal yang tak asing lagi hingga sekarang.
8
1995 - 2000
Negara-negara anggota bioteknologi eropa (15 negara) mengalami pertumbuhan luar biasa dalam perkembangan penelitian tentang biotek lingkungan dan biotek industri.
9
2001
FDA (Food and Drug Administration) membuat aturan baru : Bagi perusahaan yang hendak memasarkan produk transgeniknya terlebih dahulu harus mengajukan ke FDA untuk diteliti dan diuji selama 120 hari sebelum di pasarkan.
Sejarah Bioteknologi dimulai ketika ditemukan kembali kemampuan bakteri Streptococcus pneumoniae yang telah kehilangan virulensinya yaitu dengan mencampurkannya dengan bakteri yang virulen Avery dkk (1944) telah membuktikan bahwa pada tingkat organogenesis yang paling rendah pun terjadi transaksi genetik (Brown 1991).
Selanjutnya diketahui konstruksi plasmid, penyisipan gen antar organisme yang menghasilkan DNA rekombinan. adanya bakteri tanah Agrobacterium tumafaciens yang dapat mentransfer gen secara alami dan akhirnya didapat mekanisme transfer gen antar tanaman maka muncullah tanaman transgenik (Maniatis dkk, 1982) Tanaman transgenik, yaitu tanaman yang sudah disusupi oleh DNA asing sebagai pembawa sifat yang diinginkan. Hal ini sudah berhasil dilakukan antara lain pada tanaman kapas, kedele. gandum dan jeruk, yang mengundang pro dan kontra dari kalangan masyarakat sebagai konsumen, juga petani sebagai produsen (Anderson dkk, 1989; An dkk, 1986). Seperti yang telah dicapai oleh pakar genetika dari Indonesia Putu Wirawan dimana beliau telah berhasil menyusupkan gen CVPD resistence yang diisolasinya kedalam sel bakteri Agrobakterium tumafaciens Selanjutnya bakteri ini menjadi vektor untuk masuk kedalam pohon Jeruk Citrus sp berumur 2 tahun yang steril CVPD dengan cara mengoles dan menyuntik. Hasilnya menunjukkan bahwa pohon itu bebas CVPD, penemuan ini menunjukkan berapa panjang waktu yang terpangkas untuk menghasilkan bibit unggul. Penelitian pada lima (5) kultivar salak sidempuan Salacca sumatrana dengan menggunakan sidik jari (RLFP) dan probe padi ( heterologous ) telah menunjukkan adanya marka yang serupa untuk jenis kultivar ” salak rasa jambu ” (Jenimar, 1997). Disini didapatkan pengurangan waktu dibanding dengan pemuliaan konvensional untuk menghasilkan bibit unggul salak yang baru berbuah pada umur 3.5 -4 tahun.
C.     BIOTEKNOLOGI PADA TUMBUHAN
Apabila pengertian boteknologi dikontekskan pada tanaman, maka bioteknologi dapat diartikan sebagai pemanfaatan tanaman ataupun produk dari tanaman dalam proses produksi menghasilkan barang dan jasa untuk kepentingan manusia.
Bioteknologi tanaman pangan melibatkan penggunaan mikroba atau bahan biologi untuk melakukan proses spesifik pada tanaman untuk kepentingan manusia. Hal ini dilakukan dengan menciptakan species tanaman yang metabolismenya disesuaikan untuk menyediakan  bahan baku sesuai dengan kualitas, fungsionalitas  dan ketersediaannya. Akibatnya, banyak tanaman pangan yang secara genetik termodifikasi untuk berbagai tujuan. Banyak tanaman penting yang tumbuh  dari benih hasil rekayasa genetik dengan kekebalan terhadap herbisida, virus, serangga dan penyakit. Bahan makanan dari tanaman rekayasa genetic (misalnya minyak, tepung, sirup, pewarna) telah digunakan di berbagai industry  pangan (BIO, 1998). Lebih dari setengah makanan olahan di Amerika Serikat telah mengandung bahan hasil rekayasa genetik seperti kacang kedelai, jagung, kanola, kapas atau produk kentang (Wilkinson,1997).
Dalam hal ini, teknik-teknik yang sering dilakukan dalam bioteknologi pada tanaman antara lain :
1.      Fermentasi : merupakan proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Meskipun fermentasi ini menggunakan bantuan mikroba, namun pada dasarnya fermentasi dilakukan utuk mengolah bahan pangan yang berasal dari tanaman dan/atau produk tanaman agar dapat dikonsumsi oleh manusia, misal : pembuatan tape dari bahan singkong.
2.      Analisis genetic : Mempelajari bagaimana sifat/karakter atau gene diwariskan dari generasi ke generasi dan bagaimana gen dan lingkungan berinteraksi untuk menghasilkan suatu sifat. Umumnya diterapkan dalam pertanian.
3.      Seleksi dan Pemuliaan : yakni memanipulasi tanaman yang diinginkan sebagai stok genetic untuk perbaikan generasi baru. Dapat digunakan untuk : produksi bahan pangan, dan bioplastik.
4.      Kultur sel dan Jaringan : digunakan untuk menumbuhkan tanaman atau sel secara steril di dalam tabung reaksi atau tabung gelas lainnya. Secara umum digunakan dalam : perbanyakan tanaman, dan produksi tanaman transgenic.
Manfaat dari bioteknologi pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.      Penigkatan kualitas biji-bijian.
2.      Peningkatan kadar protein.
3.      Pembentukan tanaman resisten hama, penyaki, dan herbisida.
4.      Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ekstrim.
5.      Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit. C, E, dan B karoten.
Dampak negative dari adanya bioteknologi pada tumbuhan antara lain adalah :
1.      Di bidang etika/moral, ada masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan gen dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup yang lain bertentangan dengan nilai budaya dan melanggar hukum alam.
2.      Di bidang social ekonomi, menimbulkan kesenjangan antara negara/perusahaan yang memanfaatkan bioteknologi dengan yang belum memanfaatkan bioteknologi.
3.      Di bidang kesehatan, ada produk hasil rekayasa genetic yang disinyalir menimbulkan masalah serius, missal tomat Flavr Savr membawa gen resisten terhadap antibiotic.
4.      Dampak terhadap lingkungan yakni dengan adanya pelepasan organism transgenic dapat merusak keseimbangan alam dan kelestarian organisme.

D.    PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA TUMBUHAN
Prinsip bioteknologi tanaman adalah menggunakan sel/bagian dari sel atau bagian dari tanaman itu sendiri untuk menghasilkan bibit dengan sifat-sifat yang kita inginkan. Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah organisme multiseluler yang kompleks dengan organ-organ yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda Kemajuan dibidang fisiologi tanaman telah memungkinkan organisme yang kompleks itu dikembalikan pada tingkat sel dengan potensi genetik yang sama. Sel – sel yang tidak terorganisir tersebut dapat dimanipulasi seperti mikroba. Selanjutnya sel -sel ini dapat diatur kembali menjadi tanaman utuh melalui manipulasi lingkungan tumbuhnya seperti: media, suhu, cahaya, zat pengatur tumbuh (Bajaj, 1994;Deberg & Zimmerman 1991). Metode mengisolasi bagian -bagian tanaman (akar, tunas, embrio, daun dan pucuk) atau gel dan bagiannya seperti protoplasma,tepung sari, ovary dan nukleus ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri dengan menambahkan zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin, selanjutnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap dalam suatu lingkungan aseptik dan terkendali dikenal dengan teknik kultur jaringan (Bajaj. 1994)
 Manusia sangat tergantung pada produksi pertanian dalam penyediaan bahan makanan. Sedangkan Pertambahan populasi manusia diluar daya dukung dari hasil pertanian dunia saat ini, yang diperkirakan ± 450 -1500 juta orang menderita kelaparan di seluruh dunia (United Nation, 1988). Inilah problema yang kita hadapi sekarang. Keterbatasan lahan yang layak untuk pertanian dan panjangnya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan perbaikan genetik tanaman komersial melalui pemuliaan konvensional. Bioteknologi tanaman problemanya lebih kompleks dari pada bioteknologi mikroba. Sel-sel yang sudah mengalami perubahan genetik harus dapat diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap agar mempunyai nilai secara agronomi dan industri, kecuali untuk memproduksi metabolit sekunder untuk industri seperti industri parfum dan farmasi dapat dihasilkan pada tingkat gel Sehingga masalah regenerasi untuk menjadi tanaman lengkap tidak menjadi kendala (Nishi dkk, 1974).
Untuk mendampingi pemuliaan konvensional yang memerlukan waktu panjang, maka usaha pemuliaan in vitro melalui bioteknologi tanaman merupakan metoda pilihan dalam memproduksi bibit unggul, diantaranya melalui metode kultur sel den embriogenesis. Kultur sel Pemuliaan tanaman selalu berkaitan dengan seleksi . Dasar seleksi pada kultur jaringan untuk menghasilkan senyawa-senyawa metabolit sekunder adalah adanya variasi pada sel-sel dalam kemampuannya untuk menghasilkan bahan kimia nabati yang komersial. Variasi ini dikenal sebagai variasi somaklonal dan secara genetik variasi ini cukup besar sehingga telah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai sumber keragaman dalam ilmu pemuliaan tanaman.
Variasi somaklonal dapat diperoleh dari kultur gel yang berasal dari protoplas, kalus atau langsung dari eksplan. Salah satu contoh disini adalah klon-klon yang berasal dari sel tunggal pada kultur suspensi yang menghasilkan antosianin dari tanaman wortel liar, mempunyai kandungan antosianin yang berbeda secara luas pada kondisi stander. Pengklonan kembali klon-klon yang mengakumulasi antosianin dalam jumlah tinggi dan rendah, menunjukkan bahwa setiap sub klon menunjukkan kisaran akumulasi antosianin yang luas. Pengestrakan senyawa limonen den linalool pada gel-gel kultur suspensi pada jeruk bali, didapat hasilnya optimum pada umur 5 hari dan telah diperoleh klon gel yang dapat menghasilkan 19 mg/l limonen yang berguna sebagai bahan nabati untuk industri farmasi (Jenimar, 1999). Sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi jauh lebih singkat dari pada menunggu panen buah di lapangan, karena yang akan kita ekstrak adalah kulit buahnya. Limonen digunakan pada industri farmasi dan linalool untuk insektisida (Ohta & Hasegawa, 1995).
Pemuliaan tanaman ditingkat gel ini selain untuk produksi, dapat juga dilakukan untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan, hama penyakit, salinitas tanah, dan sebagainya Jadi untuk memperoleh klon-klon tersebut, akan dilakukan seleksi untuk dikembangkan dalam jumlah banyak di laboratorium. Keuntungan seleksi klon antara lain: 1) Tidak tergantung pada lingkungan dan hama penyakit; 2). Produksi dapat diatur sesuai permintaan pasar; 3). Kualitas dan kuantitas lebih konsisten dan 4). Tidak memerlukan lahan (Staba, 1982) Rangkaian penelitian ini merupakan salah satu bidang bioteknologi dalam pemulian tanaman untuk mendapatkan lini gel unggul. Embriogenesis Untuk mengatasi masalah dalam seleksi bibit unggul pada tanaman yang sukar diperbanyak secara vegetatif (cangkok, stek, okulasi), khususnya dalam masalah kandungan fenolat yang tinggi,tanaman diperbanyak terlebih dahulu melalui teknik embriogenesis sebagai salah satu usaha dalam bioteknologi. Selanjutnya tanaman yang dihasilkan dengan proses ini akan diseleksi di lapangan untuk tujuan pemuliaan. Embriogenesis dimulai dengan pembelahan gel yang tidak seimbang (kalus). Kalus biasanya terbentuk setelah eksplan dikulturkan dalam media yang mengandung auksln Banyak faktor yang mempengaruhi embriogenesis antara lain auksin eksogen, sumber eksplan, komposisi nitrogen yang ditambahkan dalam media dan karbohidrat (sukrosa). Selanjutnya gel membelah terus hingga memasuki tahap globular. Pada saat tersebut sel aktif membelah kesegala arah dan membentuk lapisan terluar yang akan menjadi protoderm (bakal epidermis), kelompok sel yang merupakan prekursor jaringan dasar dan jaringan pembuluhpun mulai terbentuk. Pembelahan kesegala arah tersebut terhenti ketika pembentukan primordia kotiledon, pada saat embrio matang sudah autotrof. Embrio yang matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi tumbuhan yang baru pada kondisi yang cocok (Bajaj, 1994; Dodeman dkk. 1997;Lits, 1985). Proses pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis) menentukan pola pertumbuhan, yaitu meristem pucuk ke atas, meristem akar ke bawah, dan pola-pola dasar jaringan lainnya berkembang pada ‘axis’ pucuk -akar ini, namun pada tiap tumbuhan terdapat variasi pada proses embriogenesis. Pada metoda kultur jaringan terbukti gel somatik yang terbentuk dari gel-gel embriogenik dapat juga melakukan proses embriogenesis. Fenomena ini berhasil diamati pada tahun 50-an pada beberapa tanaman, seperti kedelai, jagung, dan terutama pada wortel. Korteks wortel yang ditanam pada media dasar ‘white’, sukrosa dan 2.4-D membentuk massa kalus, yang kemudian dipindahkan ke media tanpa 2.4-D ternyata sekumpulan gel membelah teratur dan melalui tahap normal embriogenesis yaitu globular, jantung, dan torpedo,kemudian menjadi tanaman baru yang lengkap. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa setiap gel pada tumbuhan masih memiliki kapasitas yang dipunyai oleh zigot dari mana gel tersebut berasal jadi hanya dengan memberikan rangsangan yaitu berupa lingkungan yang cocok (terutama dari media tempat gel kultur), maka gel tersebut akan mampu mengekspresikan potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu baru (Bajaj, 1994). Pada penelitian jati (Tectona grandis) menunjukkan terbentuknya fase-fase globular, jantung dan terpedo (Jenimar dkk,2004) setelah 12 minggu dengan mengunakan MS modifikasi, sedangkan pada jambu bol terbentuk rase-rase seperti di atas setelah 14 minggu.Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur jaringan untuk memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus. Planlet yang dihasilkan pada mulanya beragam. Selanjutnya tanaman akan ditanam dilapang dan diadakan seleksi sesuai dengan metoda pemuliaan berkali-kali sehingga diperoleh tanaman-tanaman yang unggul. Tanaman inilah yang digunakan sebagai sumber eksplan yang bisa diperbanyak dengan berbagai cara dilaboratorium kultur jaringan sehingga didapat bibit dalam jumlah banyak dan seragam, metoda yang digunakan antara lain menginduksi tunas majemuk dan sub kultur. Jika sudah diperoleh sumber eksplan yang unggul dan media yang sesuai maka prosesnya akan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan penambahan hormon tumbuh dalam konsentrasi rendah.

E.     BEBERAPA CONTOH TANAMAN BIOTEKNOLOGI
1.    Golden Rice
Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan namun menjadi sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik dan regulasi gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi perlahan harus ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan bobot panen namun juga nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab itu dari suatu luasan yang sebelumnya hanya menghasilkan karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal inilah yang mendorong para peneliti padi mengembangkan Golden Rice. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan provitamin A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap dilakukan.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas (Gambar 1). Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan teknologi transformasi dengan Agrobacterium dan ketersediaan informasi molekuler biosintesis karotenoid yang lengkap pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat berbagai pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe 309), teknik transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta karoten tanaman daffodil hingga bakteri.
2.    · Kapas biotek
Kapas tahan hama, tanaman kapas ini bersifat seperti tanaman jagung tahan hama. Kapas ini menghasilkan suatu protein yang dapat memberikan perlindungan sepanjang musim tanam terhadap ulat penggerek buah kapas. Dengan demikian, kebutuhan pemberian insektisida tambahan untuk pemberantasan hama tersebut dapat dikurangi, bahkan ditiadakan. Kapas Bt telah disetujui untuk digunakan di negara Argentina, Australia, Kanada, Cina, Jepang, Meksiko, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Kapas toleran herbisida, kapas ini bersifat seperti tanaman lain yang dimodifikasi untuk toleran terhadap herbisida. Untuk keuntungan sama seperti halnya kedelai toleran herbisida. Kapas toleran herbisida telah disetujui untuk digunakan di negara Australia, Kanada, Jepang, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
3.    Pepaya biotek
Pepaya tahan virus, pepaya yang dikembangkan di Hawaii ini memiliki gen virus yang mengode protein selubung dari virus bercak cincin pepaya. Protein tersebut memberikan perlindungan tanaman pepaya terhadap virus tersebut. Pepaya ini bersifat seperti tanaman kentang tahan virus hasil modifikasi genetika. Pepaya ini telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di Amerika Serikat.





F.      SUMBER
Pramashinta, Alice., dkk. 2014. Bioteknologi Pangan : Sejarah, Manfaat, dan Potensi Risiko. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 3.No. 1. : hlm 1-6
Suwanto, Antonius. 1998. Bioteknologi Molekuler : Mengoptimalkan Manfaat Keanekaragaman Hayati Melalui Teknologi DNA Rekombinan. Vol. 5 .No. 1. : hlm 25-28





















G.    LAMPIRAN
Berikut contoh penerapan bioteknologi pada tanaman :
Ø  Fermentasi
Cara pembuatan tape singkong :
Ø  Seleksi dan pemuliaan
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8RyxSCsL9_orMUZ5DAtIkM-dc9BZBQVYvNeyNrEJAt6J1Mg3qVg
Ø  Kultur sel dan jaringan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdMgrpY6B981Am1UpCTPurrS65swfIdtxydFsXu9fSC_3-Vfdiv8AFWqTDwzidpEkmfqgHUODiM6zKswg6hCbDmVf5ZDXy0dgDPQ_fg4t3u1Sip-kGZ6lhSjOlKVMP0m3aL6ovDEdNPeE/s1600/kultur+jaringan.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar