Minggu, 07 Desember 2014

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MIPA



PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MIPA
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA


Disusun oleh :
Hilda Rahmawati        K4312030


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLIGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
T.A.2012/2013
i
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB.I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
BAB.II ISI
A.    Definisi Sikap Ilmiah.............................................................................3
B.     Proses Ilmiah.........................................................................................4
C.     Hakekat Pendidikan MIPA....................................................................8
BAB.III PEMBAHASAN
Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Pembelajaran MIPA........................9
BAB.IV PENUTUP
Saran.................................................................................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................................15
Lampiran...........................................................................................................16






ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pada era modern jaman sekarang ini kebanyakan anak muda lebih sering dimanjakan dengan teknologi yang membuat mereka  memiliki ketergantungan yang kuat padanya. Karena banyaknya kemudahan dalam melakukan pekerjaan yang mereka lakukan dengan bantuan teknologi ini, maka sedikit demi sedikit manusia mulai kehilangan jati dirinya sebagai makhluk yang seharusnya senantiasa bekerja keras dahulu untuk mencapai suatu tujuan. Mereka lebih memilih cara instan untuk menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan teknologi.
Semakin tingginya tingkat ketergantungan pada teknologi ini membuat manusia cenderung bersikap malas berfikir, malas bekerja, dan seenaknya sendiri dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam kasus lebih lanjut, apabila sikap ini tidak ditangapi lebih serius, maka akan menjadi bumerang bagi manusia yang akan melemahkan segala potensi yang sebenarnya sudah ada dalam diri manusia itu sendiri.
Untuk itu perlu adanya suatu bimbingan tersendiri bagi para siswa agar dapat membantunya berfikir secara rasional dan mengembangkan suatu sikap dimana mereka tidak akan terus-menerus bergantung pada teknoogi. Sikap tersebut berupa sikap disiplin, ulet, tidak pantang menyerah, jujur, pekerja keras, dsb. Sikap inilah yang disebut dengan sikap ilmiah.
Namun sangat disayangkan karna ternyata tidak ada suatu mata pelajaran khusus yang hanya membimbing anak didiknya untuk mengembangkan sikap ilmiah.
1
 Oleh sebab itu sangat perlu memberikan anak didik pelajaran MIPA, karena dalam kajian mata pelajaran tersebut dikombinasikan antara belajar tentang teori dan berpraktek secara langsung.
Dalam kegiatan belajar praktek secara langsung inilah anak didik secara tidak langsung dilatih untuk mengembangkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini dikembangkan dari adanya berbagai proses yang harus dijalani para siswa ketika ia belajar berpraktikum. Makalah ini berisi tentang hubungan antara mata pelajaran MIPA dengan pengembangan sikap ilmiah siswa, sehingga judul yang diambil penulis dalam makalah ini adalah “PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MIPA”.












2
BAB.II
ISI

A.    DEFINISI SIKAP ILMIAH
Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dan disertai sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki seorang ilmuwan agas berlaku objektif dan jujur dalam melaksanakan penelitian ilmiah. Beberapa sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan adalah sebagai berikut:
1.      Mampu membedakan fakta dan opini.
Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, dirasakan, dan diidentifikasi oleh alat indra. Dengan demikian, fakta bersifat objektif. Artinya, setiap orang akan berpendapat sama terhadap hal yang diamatinya itu. Contoh fakta adalah warna, rasa, bunyi, dan bau. Sementara itu, opini atau pendapat adalah hal-hal yang bersifat penafsiran dan anggapan. Opini bersifat subjektif, artinya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda terhadap objek yang diamati tersebut.
2.      Memiliki rasa ingin tahu.
Manusia dengan akal pikirannya selalu ingin tahu kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya. Sikap rasa ingin tahu tersebut menjadi pendorong dilakukannya penelitian.
3.       Jujur dan objektif terhadap fakta.
Data yang diperoleh dari penelitian harus didasari oleh fakta. Data-data tidak boleh diubah dan dipengaruhi keinginan pribadi.




3
4.      Tekun dan ulet.
Penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan rajin. Peneliti tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kendala yang muncul pada saat penelitian dan penyusunan laporan ilmiah.
5.       Kritis.
Seorang peneliti tidak mudah percaya pada informasi atau teori yang ada sehingga selalu berusaha untuk membuktikannya. Peneliti harus mencari informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
6.      Kreatif dan inovatif.
Seorang peneliti harus selalu berusaha untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan teknik-teknik baru.
7.      Peduli terhadap lingkungan.
Sikap ini sangat penting dan perlu ditanamkan pada siswa karena setinggi apa pun ilmu seseorang tidak akan berarti apa-apa jika tidak bermanfaat bagi lingkungannya.
B.     PROSES ILMIAH
Merupakan perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan dalam melakukan kerja ilmiah. Proses ilmiah dapat dilakukan dengan pendekatan ketrampilan proses dapat diklasifikasikan  sebagai berikut:
1)      Ketrampilan proses sains dasar, meliputi:
a.       Mengobservasi, Mencari gambaran atau informasi tentang objek penelitian melalui indera.
4
Dalam biologi hasil observasi seringkali dibuat dalam bentuk gambar (misal gambar dunia dll), bagan (missal bagan siklus hidup kupu-kupu), tabel (misal tabel pertumbuhan penduduk suatu wilayah), grafik (misal grafik hubungan antara tabel pertumbuhan kecambah), dan tulisan.
b.      Menggolongkan, Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi suatu permasalahan
c.       Menafsirkan, Memberikan arti sesuatu fenomena/kejadian berdasarkan atas kejadian lainnya.
d.      Mempraktikkan/meramalkan, Memperkirakan kejadian berdasarkan kejadian sebelumnya serta hukum-hukum yang berlaku. Prakiraan dibedakan menjadi dua macam yaitu prakiraan intrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan pada data yang telah terjadi; kedua prakiraan ekstrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan logika di luar data yang terjadi.
e.       Mengajukan pertanyaan, Berupa pertanyaan bagaimana, karena pertanyaan ini menuntut jawaban yang diperoleh dengan proses.
2)      Ketrampilan proses sains terpadu, yang terdiri dari:
a.       Mengidentifikasi variabel
b.      Menyusun tabel data
c.       Menyusun grafik
d.      Mendeskripsikan hubungan antar variabel
e.       Perolehan data dan pemrosesan data
f.       Menganalisia penyelidikan
g.      Merumuskan hipotesis
h.      Mendefinisikan variabel secara operasional
i.        Melakukan eksperimen
5
3)      Langkah sistematis dalam proses ilmiah/metode ilmiah meliputi:
a.       Merumuskan masalah
Ada tiga cara dalam merumuskan permasalahan yaitu:
1)      Apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat objek eksperimen?
2)      Bagaimana pengeruh variabel bebas terhadap variabel terikat objek eksperimen?
3)      Apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat objek eksperimen?
b.      Menyusun kerangka berfikir
Kerangka berfikir dicari melalui kepustakaan atau fakta empiris.
c.       Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan suatu dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan. Ada 2 macam hipotesis dalam eksperimen yaitu:
1)      Hipotesis nol (H0) : tidak ada pengnaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
2)      Hipotesis alternatif (H1) : ada pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat


6
d.      Melakukan eksperimen
Untuk mendukung atau menyangkal hipotesa itu perlu dibuktikan melalui eksperi      men. Dalam melakukan eksperimen melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)      Taraf perlakuan
2)      Pengendalian faktor lain
3)      Ulangan
4)      Pengukuran
e.       Analisis data
Analisa data dapat menggunakan statistik atau secara deskriptif.
f.       Menarik kesimpulan
Ada dua kemungkinan dalam kesimpulan yaitu hipotesis diterima (dugaan sementara sesuai dengan eksperimen) atau ditolak (dugaan sementara tidak sesuai dengan eksperimen).
g.      Publikasi
Hasil penelitian di publikasikan ke kalayak melalui jurnal penelitian, seminar atau lewat internet.



7
C.     HAKEKAT PENDIDIKAN MIPA
Dalam GBHN dinyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu perwujudan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan MIPA merupakan salah satu aspek pendidikan yang harus menggunakan MIPA sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran hendaknya tidak hanya dilihat dari sekumpulan informasi hasil kajian didik, tetapi harus pula dipandang sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan urutan nyata untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
Salah satu ciri IPA adalah hubungan yang erat antara teori dengan eksperimen (praktikum). Teori dalam IPA adalah pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar, yang kebenarannya duii melalui eksperimen. Dengan teori dapat digunakan untuk menjelaskan dan membuat prediksi kuantitatif terhadap suatu peristiwa. Sementara itu eksperimen selain merupakan proses induktif dalam menemukan prinsip dan dasar yang baru, juga dapat merupakan suatu proses deduktif untuk pengujian teori yang baru.
MIPA merupakan pengetahuan yang sangat terstruktur, artinya antara bagian yang satu dengan yang lain terdapat hubungan fungsional yang erat. Oleh karena itu konsep dan prinsip-prinsip dalam MIPA akan lebih mudah difahami apabila disajikan dalam bentuk yang saling terkait.


8
BAB.III
PEMBAHASAN

Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa pelajaran MIPA akan membantu siswa dalam meningkatkan sikap ilmiahnya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran MIPA di sekolah-sekolah, terutama dalam tingkat Sekolah Menengah, baik Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas.
Kita tahu bahwa MIPA terdiri dari IPA dan matematika, tentu saja pelajaran ini sudah tidak asing bagi kalangan siswa Sekolah Menengah karena pelajaran IPA dan mateatika telah diperkenalkan semenjak SekolahDasar. Hanya saja, pelajaran IPA dan matematika ini akan lebih spesifik di pelajari ketika anak berada di tingkat Sekolah Menengah.
Tentang bagaimana hubungan sikap ilmiah dengan MIPA, juga sudah sangat umum di temukan, karena kita semua tahu seperti apa MIPA itu sendiri. Salah satu karakteristik MIPA adalah pelajarannya yang berbasis pada teori dan praktek yang seimbang. Siswa diperkenalkan dan diajarkan tentang teori, tetapi juga dituntun untuk melakukan pembuktian secara langsung terhadap teori yang sudah ada dengan melakukan eksperimen atau sering disebut praktikum. Dalam hal inilah secara langsung ataupun tidak langsung sikap ilmiah siswa dikembangkan secara lebih baik.
Kita lihat lagi bahwa sikap ilmiah terdiri dari : mampu membedakan fakta dan opini, memiliki rasa ingin tahu, jujur dan obyektif terhadap suatu fakta, tekun dan ulet, kritis, kreatif dan inovatif, serta peduli terhadap lingkungan.
9
Dalam bab ini, akan dibahas tentang peningkatan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran MIPA. Yakni hubungan antara sikap ilmiah yang terbentuk dan cara meningkatkannya secara poin per poin dengan pembelajaran MIPA.
Penjabarannya :
1)      Mampu membedakan fakta dan opini
Melalui pembelajaran MIPA, siswadiajarkan untuk tidak hanya mempercayai suatu teori begitu saja, karena adanya tuntutan untuk membuktikan teori itu melalui eksperimen atau praktikum. Dari praktikum yang dilakukan oleh siswa inilah dia tau bahwa teori yang ia pelajari merupakan suatu fakta dan kebenarannya dapat dibuktikan. Sehingga seorang siswa yang belajar tentang MIPA akan dapat membedakan antara fakta dan yang opini. Dimana suatu teori yang hanya berupa opini tentu saja tidak akan dapat dibuktikan kebenarannya secara konkrit langsung melalui teori. Dengan begitu tentu saja MIPA sangat mempengaruhi perkembangan sikap ilmiah siswa berupa dapat membedakan fakta dan opini, sikap ilmiah ini akan terus berkembang seiring waktu berbanding lurus dengan semakin tingginya tingkat mereka menuntut ilmu dalam dunia pendidikan. Karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang mereka ambil maka pelajaran MIPA yang mereka dapat  akan lebih spesifik juga.
2)      Memiliki rasa ingin tahu
Dengan adanya praktikum siswa menjadi tidak asing lagi dengan suatu pembuktian teori, maka dari itu siswa yang  belajar MIPA akan senantiasa penasaran dan ingin tahu tentang berbagai teori baru yang mereka dapatkan. Tentu saja mereka menjadi bertanya-tanya bagaimana hal tersebut dapat terjadi, kemudian mereka akan melakukan eksperimen berupa praktikum untuk dapat membuktikannya. Oleh sebab itu tentu saja melalui pembelajaran MIPA, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiahnya berupa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
10
Disini semakin tinggi jenjang pendidika  yang diambil oleh siswa, maka akan semakin tinggi pula rasa ingin tahu yang mereka miliki dan akan terus berkembang sampai mereka tamat belajar nantinya.


3)      Jujur dan objektif terhadap suatu fakta
Melalui pembelajaran MIPA, siswa selalu dtuntut untuk mengembangkan sikap ilmiah berupa jujur dan objektif terhadap suatu fakta. Tentu saja hal ini sangat diperlukan mengingat bahwa pembelajaran MIPA juga dilaksanakan secara praktikum, dimana dalam mencatat hasil pengamatan ketika praktikum siswanya harus menulis secara jujur dan obyektif sesuai dengan hasil pengamatan yang asli, siswa tidak dibolehkan untuk mengarang atau menulis data yang tidak tepat, karna hal tersebut dapat mempengaruhi prroduk akhir praktikum. Dalam praktikum ini, apapun hasil yang diperoleh harus ditulis sesui dengan faktanya yang terjadi ketika praktikum dilaksanakan. Oleh sebab itulah melalui pembelajaran MIPA, siswa secara langsung ataupun tidak langsung akan mengalami peningkatan dan perkembangan sikap ilmiah berupa jujur dan objektif. Inilah mengapa pembelajaran MIPA sangat penting diberikan kepada siswa usia Sekolah Menengah.
4)      Tekun dan ulet
Ketika melakukan praktikum, tidak mungkin akan langsung berhasil begitu saja. Untuk beberapa praktikum dalam pembelajaran MIPA, siswa dituntut untuk tekun dan ulet, dimana praktikum akan mengalami kegagalan dan memerlukan proses ulang, bahkan hal ini bisa terulang lebih dari tiga kali. Disini apabila siswa tidak ulet dan tekun dalam berpraktikum, bisa jadi praktikum yang mereka lakukan tidak akan memuaskan hasilnya dan tidak dapat membuktikan suatu teori yang sudah ada secara tepat.
11
Siswa yang salah dalam melakukan praktikumnya harus mencari lagi letak kesalahannya dalam berpraktikum, kemudian mengulang lagi praktikum yang telah dikerjakan dengan lebih baik dan diusahakan untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan di praktikum sebelumnya yang menyebabkan kegagalan praktikum dan melesetnya hasil praktikum. Dengan demikian, dengan pembelajaran MIPA, siswa dapat meningkatkan sikap ilmiah berupa tekun dan ulet.

5)      Kritis
Dalam pembelajaran MIPA, siswa diperkenalkan dengan berbagai teori dan pembuktiannya secara langsung sehingga siswa akan paham benar tentang bagaimana suatu proses terjadi, apa saja penyebabnya, dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempercepat ataupun menghambat proses tersebut. Semakin banyak pembelajaran MIPA yang diperoleh seorang siswa, akan mempangaruhi tingakat pemahamannya terhadap berbgai macam teori. Disini tentu saja ketika siswa tersebut dihadapkan pada suatu kondisi, dia akan lebih tanggap dan lebih kritis dalam menanggapinya, berkenaan dengan banyaknya pengetahuan dan wawasan yang telah ia dapatkan dalam pembelajaran MIPA beserta berbagai eksperimen pembuktian yang telah ia lakukan.
6)      Kreatif dan inovatif
Dalam melakukan pembuktian teori, biasanya dilakukan praktikum dengan selalu menggunakan alat dan bahan yang sama, karena ditakutkan apabila menggunakan alat atau bahan yang berbeda maka akan mempengaruhi hasil praktikum yang hendak dicapai. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa tentunya membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi termasuk rasa ingin tahu apabila pembuktian teori yang dilakukan menggunakan suatu alat dan bahan yang tidak umum digunakan.
12
Oleh karena itu mulai bermunculan berbagai macam ide dan gagasan untuk melakukan kreasi praktikum, hal ini secara langsung maupun tidak langsung telah menyebabkan perkembangan sikap ilmiah berupa peningkatan kreatif siswa.
Selain itu, dari berbagai macam bahan yang berbeda, tentunya akan didapatkan hasil yang tidak selalu sama, terkadang percobaan praktikum dengan bahan praktikum yang berbeda malah akan menghailkan suatu produk yang unik dan memerlukan penanganan yang berbeda pula. Oleh karena itulah pembelajaran MIPA akan mempengaruhi sikap ilmiah berupa peningkatan  sikap inovatif siswa.

7)      Peduli terhadap lingkungan
Dengan mengenal praktikum melalui pembelajaran MIPA, tentunya siswa juga akan belajar dan tahu tentang dampak yang akan terjadi apabila suatu proses terjadi dan mengetahui pula bagaimana cara pencegahan serta penanganannya. Disini dampak yang dibicarakan merupakan dampak yang bersifat baik ataupun buruk terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dengan mengetahui dampak yang akan terjadi kepada lingkungan, tentunya siswa akan lebih paham dan sadar diri dengan akan menjaganya sebak mungkin. Disinilah peran MIPA yang sangat penting, karena semakin siswa mendalami pelajaran MIPA, maka mereka akan semakin mencintai lingkungan hidupnya, sehingga akan semakin meningkatkan sikap ilmiah berupa peduli terhadap lingkungan.






13
BAB.IV
PENUTUP

SARAN
Pembelajaran MIPA berperan penting bagi penambahan wawasan siswa, juga untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa. Untuk itu pembelajaran MIPA hendaknya diberikan kepada siswa dengan melalui pembelajaran yang tepat dan seimbang antara teori dan praktikum. Teori maupun praktikum dalam MIPA tidak boleh mendominasi antara satu sama lain. Pemberian pembelajaran MIPA yang tepat bagi siswa ini akan mampu meningkatkan wawasan dan mengembangkan sikap ilmiah siswa dengan maksimal sesuai tujuan utama pembelajaran.









14
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mahargono, dkk.1994.DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA.UNS:Surakarta








15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar