PENINGKATAN
SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MIPA
Tugas
Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA
Disusun
oleh :
Hilda
Rahmawati K4312030
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLIGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
T.A.2012/2013
i
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................i
DAFTAR
ISI......................................................................................................ii
BAB.I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah.....................................................................................1
BAB.II ISI
A.
Definisi Sikap
Ilmiah.............................................................................3
B.
Proses Ilmiah.........................................................................................4
C.
Hakekat Pendidikan
MIPA....................................................................8
BAB.III PEMBAHASAN
Peningkatan Sikap
Ilmiah Siswa Melalui Pembelajaran MIPA........................9
BAB.IV PENUTUP
Saran.................................................................................................................14
Daftar
Pustaka...................................................................................................15
Lampiran...........................................................................................................16
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada
era modern jaman sekarang ini kebanyakan anak muda lebih sering dimanjakan dengan
teknologi yang membuat mereka memiliki
ketergantungan yang kuat padanya. Karena banyaknya kemudahan dalam melakukan
pekerjaan yang mereka lakukan dengan bantuan teknologi ini, maka sedikit demi
sedikit manusia mulai kehilangan jati dirinya sebagai makhluk yang seharusnya
senantiasa bekerja keras dahulu untuk mencapai suatu tujuan. Mereka lebih
memilih cara instan untuk menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan
teknologi.
Semakin
tingginya tingkat ketergantungan pada teknologi ini membuat manusia cenderung
bersikap malas berfikir, malas bekerja, dan seenaknya sendiri dalam melakukan
suatu kegiatan. Dalam kasus lebih lanjut, apabila sikap ini tidak ditangapi
lebih serius, maka akan menjadi bumerang bagi manusia yang akan melemahkan
segala potensi yang sebenarnya sudah ada dalam diri manusia itu sendiri.
Untuk
itu perlu adanya suatu bimbingan tersendiri bagi para siswa agar dapat
membantunya berfikir secara rasional dan mengembangkan suatu sikap dimana
mereka tidak akan terus-menerus bergantung pada teknoogi. Sikap tersebut berupa
sikap disiplin, ulet, tidak pantang menyerah, jujur, pekerja keras, dsb. Sikap
inilah yang disebut dengan sikap ilmiah.
Namun
sangat disayangkan karna ternyata tidak ada suatu mata pelajaran khusus yang
hanya membimbing anak didiknya untuk mengembangkan sikap ilmiah.
1
Oleh sebab itu sangat perlu memberikan anak
didik pelajaran MIPA, karena dalam kajian mata pelajaran tersebut
dikombinasikan antara belajar tentang teori dan berpraktek secara langsung.
Dalam
kegiatan belajar praktek secara langsung inilah anak didik secara tidak
langsung dilatih untuk mengembangkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini
dikembangkan dari adanya berbagai proses yang harus dijalani para siswa ketika
ia belajar berpraktikum. Makalah ini berisi tentang hubungan antara mata
pelajaran MIPA dengan pengembangan sikap ilmiah siswa, sehingga judul yang
diambil penulis dalam makalah ini adalah “PENINGKATAN SIKAP ILMIAH SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN MIPA”.
2
BAB.II
ISI
A.
DEFINISI SIKAP ILMIAH
Penelitian
ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dan disertai sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki seorang ilmuwan agas
berlaku objektif dan jujur dalam melaksanakan penelitian ilmiah. Beberapa sikap
ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan adalah sebagai berikut:
1.
Mampu membedakan fakta dan opini.
Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, dirasakan,
dan diidentifikasi oleh alat indra. Dengan demikian, fakta bersifat objektif.
Artinya, setiap orang akan berpendapat sama terhadap hal yang diamatinya itu.
Contoh fakta adalah warna, rasa, bunyi, dan bau. Sementara itu, opini atau
pendapat adalah hal-hal yang bersifat penafsiran dan anggapan. Opini bersifat
subjektif, artinya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda terhadap objek
yang diamati tersebut.
2.
Memiliki rasa ingin tahu.
Manusia dengan akal pikirannya selalu ingin tahu
kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya. Sikap rasa ingin tahu tersebut
menjadi pendorong dilakukannya penelitian.
3.
Jujur dan
objektif terhadap fakta.
Data yang diperoleh dari penelitian harus didasari
oleh fakta. Data-data tidak boleh diubah dan dipengaruhi keinginan pribadi.
3
4.
Tekun dan ulet.
Penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan rajin. Peneliti tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kendala
yang muncul pada saat penelitian dan penyusunan laporan ilmiah.
5.
Kritis.
Seorang peneliti tidak mudah percaya pada informasi
atau teori yang ada sehingga selalu berusaha untuk membuktikannya. Peneliti
harus mencari informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.
6.
Kreatif dan inovatif.
Seorang peneliti harus selalu berusaha untuk
menghasilkan penemuan-penemuan baru. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan
dengan mengembangkan teknik-teknik baru.
7.
Peduli terhadap lingkungan.
Sikap ini sangat penting dan perlu ditanamkan pada
siswa karena setinggi apa pun ilmu seseorang tidak akan berarti apa-apa jika
tidak bermanfaat bagi lingkungannya.
B. PROSES ILMIAH
Merupakan
perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan dalam melakukan kerja ilmiah.
Proses ilmiah dapat dilakukan dengan pendekatan ketrampilan proses dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Ketrampilan proses sains dasar, meliputi:
a.
Mengobservasi, Mencari gambaran atau informasi tentang
objek penelitian melalui indera.
4
Dalam biologi hasil observasi
seringkali dibuat dalam bentuk gambar (misal gambar dunia dll), bagan (missal
bagan siklus hidup kupu-kupu), tabel (misal tabel pertumbuhan penduduk suatu
wilayah), grafik (misal grafik hubungan antara tabel pertumbuhan kecambah), dan
tulisan.
b.
Menggolongkan, Untuk mempermudah dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan
c.
Menafsirkan, Memberikan arti sesuatu fenomena/kejadian
berdasarkan atas kejadian lainnya.
d.
Mempraktikkan/meramalkan, Memperkirakan kejadian
berdasarkan kejadian sebelumnya serta hukum-hukum yang berlaku. Prakiraan
dibedakan menjadi dua macam yaitu prakiraan intrapolasi yaitu prakiraan
berdasarkan pada data yang telah terjadi; kedua prakiraan ekstrapolasi yaitu prakiraan
berdasarkan logika di luar data yang terjadi.
e.
Mengajukan pertanyaan, Berupa pertanyaan bagaimana,
karena pertanyaan ini menuntut jawaban yang diperoleh dengan proses.
2)
Ketrampilan proses sains terpadu, yang terdiri dari:
a.
Mengidentifikasi variabel
b.
Menyusun tabel data
c.
Menyusun grafik
d.
Mendeskripsikan hubungan antar variabel
e.
Perolehan data dan pemrosesan data
f.
Menganalisia penyelidikan
g.
Merumuskan hipotesis
h.
Mendefinisikan variabel secara operasional
i.
Melakukan eksperimen
5
3)
Langkah sistematis dalam proses ilmiah/metode ilmiah
meliputi:
a.
Merumuskan masalah
Ada tiga
cara dalam merumuskan permasalahan yaitu:
1)
Apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat objek eksperimen?
2)
Bagaimana pengeruh variabel bebas terhadap variabel
terikat objek eksperimen?
3)
Apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat objek eksperimen?
b.
Menyusun kerangka berfikir
Kerangka
berfikir dicari melalui kepustakaan atau fakta empiris.
c.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah
sebelum dibuktikan. Ada 2 macam hipotesis dalam eksperimen yaitu:
1)
Hipotesis nol (H0) : tidak ada pengnaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat
2)
Hipotesis alternatif (H1) : ada pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat
6
d.
Melakukan eksperimen
Untuk
mendukung atau menyangkal hipotesa itu perlu dibuktikan melalui eksperi men. Dalam melakukan eksperimen melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)
Taraf perlakuan
2)
Pengendalian faktor lain
3)
Ulangan
4)
Pengukuran
e.
Analisis data
Analisa data
dapat menggunakan statistik atau secara deskriptif.
f.
Menarik kesimpulan
Ada dua
kemungkinan dalam kesimpulan yaitu hipotesis diterima (dugaan sementara sesuai
dengan eksperimen) atau ditolak (dugaan sementara tidak sesuai dengan
eksperimen).
g.
Publikasi
Hasil
penelitian di publikasikan ke kalayak melalui jurnal penelitian, seminar atau
lewat internet.
7
C. HAKEKAT
PENDIDIKAN MIPA
Dalam GBHN
dinyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia, yaitu perwujudan manusia Indonesia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan MIPA merupakan salah satu
aspek pendidikan yang harus menggunakan MIPA sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jadi MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran hendaknya tidak
hanya dilihat dari sekumpulan informasi hasil kajian didik, tetapi harus pula
dipandang sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan urutan nyata
untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
Salah satu
ciri IPA adalah hubungan yang erat antara teori dengan eksperimen (praktikum). Teori
dalam IPA adalah pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar, yang
kebenarannya duii melalui eksperimen. Dengan teori dapat digunakan untuk
menjelaskan dan membuat prediksi kuantitatif terhadap suatu peristiwa.
Sementara itu eksperimen selain merupakan proses induktif dalam menemukan
prinsip dan dasar yang baru, juga dapat merupakan suatu proses deduktif untuk
pengujian teori yang baru.
MIPA
merupakan pengetahuan yang sangat terstruktur, artinya antara bagian yang satu
dengan yang lain terdapat hubungan fungsional yang erat. Oleh karena itu konsep
dan prinsip-prinsip dalam MIPA akan lebih mudah difahami apabila disajikan
dalam bentuk yang saling terkait.
8
BAB.III
PEMBAHASAN
Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa pelajaran
MIPA akan membantu siswa dalam meningkatkan sikap ilmiahnya. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang bagaimana meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui
pembelajaran MIPA di sekolah-sekolah, terutama dalam tingkat Sekolah Menengah,
baik Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas.
Kita tahu bahwa MIPA terdiri dari IPA dan matematika,
tentu saja pelajaran ini sudah tidak asing bagi kalangan siswa Sekolah Menengah
karena pelajaran IPA dan mateatika telah diperkenalkan semenjak SekolahDasar.
Hanya saja, pelajaran IPA dan matematika ini akan lebih spesifik di pelajari
ketika anak berada di tingkat Sekolah Menengah.
Tentang bagaimana hubungan sikap ilmiah dengan MIPA,
juga sudah sangat umum di temukan, karena kita semua tahu seperti apa MIPA itu
sendiri. Salah satu karakteristik MIPA adalah pelajarannya yang berbasis pada
teori dan praktek yang seimbang. Siswa diperkenalkan dan diajarkan tentang
teori, tetapi juga dituntun untuk melakukan pembuktian secara langsung terhadap
teori yang sudah ada dengan melakukan eksperimen atau sering disebut praktikum.
Dalam hal inilah secara langsung ataupun tidak langsung sikap ilmiah siswa
dikembangkan secara lebih baik.
Kita lihat lagi bahwa sikap ilmiah terdiri dari :
mampu membedakan fakta dan opini, memiliki rasa ingin tahu, jujur dan obyektif
terhadap suatu fakta, tekun dan ulet, kritis, kreatif dan inovatif, serta
peduli terhadap lingkungan.
9
Dalam bab ini, akan dibahas tentang peningkatan sikap
ilmiah siswa melalui pembelajaran MIPA. Yakni hubungan antara sikap ilmiah yang
terbentuk dan cara meningkatkannya secara poin per poin dengan pembelajaran
MIPA.
Penjabarannya :
1)
Mampu membedakan fakta dan opini
Melalui pembelajaran
MIPA, siswadiajarkan untuk tidak hanya mempercayai suatu teori begitu saja,
karena adanya tuntutan untuk membuktikan teori itu melalui eksperimen atau
praktikum. Dari praktikum yang dilakukan oleh siswa inilah dia tau bahwa teori
yang ia pelajari merupakan suatu fakta dan kebenarannya dapat dibuktikan.
Sehingga seorang siswa yang belajar tentang MIPA akan dapat membedakan antara
fakta dan yang opini. Dimana suatu teori yang hanya berupa opini tentu saja
tidak akan dapat dibuktikan kebenarannya secara konkrit langsung melalui teori.
Dengan begitu tentu saja MIPA sangat mempengaruhi perkembangan sikap ilmiah
siswa berupa dapat membedakan fakta dan opini, sikap ilmiah ini akan terus
berkembang seiring waktu berbanding lurus dengan semakin tingginya tingkat
mereka menuntut ilmu dalam dunia pendidikan. Karena semakin tinggi jenjang
pendidikan yang mereka ambil maka pelajaran MIPA yang mereka dapat akan lebih spesifik juga.
2)
Memiliki rasa ingin tahu
Dengan
adanya praktikum siswa menjadi tidak asing lagi dengan suatu pembuktian teori,
maka dari itu siswa yang belajar MIPA
akan senantiasa penasaran dan ingin tahu tentang berbagai teori baru yang
mereka dapatkan. Tentu saja mereka menjadi bertanya-tanya bagaimana hal
tersebut dapat terjadi, kemudian mereka akan melakukan eksperimen berupa
praktikum untuk dapat membuktikannya. Oleh sebab itu tentu saja melalui pembelajaran
MIPA, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiahnya berupa memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi.
10
Disini semakin tinggi jenjang
pendidika yang diambil oleh siswa, maka
akan semakin tinggi pula rasa ingin tahu yang mereka miliki dan akan terus
berkembang sampai mereka tamat belajar nantinya.
3)
Jujur dan objektif terhadap suatu fakta
Melalui
pembelajaran MIPA, siswa selalu dtuntut untuk mengembangkan sikap ilmiah berupa
jujur dan objektif terhadap suatu fakta. Tentu saja hal ini sangat diperlukan
mengingat bahwa pembelajaran MIPA juga dilaksanakan secara praktikum, dimana
dalam mencatat hasil pengamatan ketika praktikum siswanya harus menulis secara
jujur dan obyektif sesuai dengan hasil pengamatan yang asli, siswa tidak
dibolehkan untuk mengarang atau menulis data yang tidak tepat, karna hal
tersebut dapat mempengaruhi prroduk akhir praktikum. Dalam praktikum ini,
apapun hasil yang diperoleh harus ditulis sesui dengan faktanya yang terjadi
ketika praktikum dilaksanakan. Oleh sebab itulah melalui pembelajaran MIPA,
siswa secara langsung ataupun tidak langsung akan mengalami peningkatan dan
perkembangan sikap ilmiah berupa jujur dan objektif. Inilah mengapa
pembelajaran MIPA sangat penting diberikan kepada siswa usia Sekolah Menengah.
4)
Tekun dan ulet
Ketika
melakukan praktikum, tidak mungkin akan langsung berhasil begitu saja. Untuk
beberapa praktikum dalam pembelajaran MIPA, siswa dituntut untuk tekun dan
ulet, dimana praktikum akan mengalami kegagalan dan memerlukan proses ulang,
bahkan hal ini bisa terulang lebih dari tiga kali. Disini apabila siswa tidak
ulet dan tekun dalam berpraktikum, bisa jadi praktikum yang mereka lakukan
tidak akan memuaskan hasilnya dan tidak dapat membuktikan suatu teori yang
sudah ada secara tepat.
11
Siswa yang salah dalam melakukan
praktikumnya harus mencari lagi letak kesalahannya dalam berpraktikum, kemudian
mengulang lagi praktikum yang telah dikerjakan dengan lebih baik dan diusahakan
untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan di praktikum sebelumnya
yang menyebabkan kegagalan praktikum dan melesetnya hasil praktikum. Dengan
demikian, dengan pembelajaran MIPA, siswa dapat meningkatkan sikap ilmiah
berupa tekun dan ulet.
5)
Kritis
Dalam
pembelajaran MIPA, siswa diperkenalkan dengan berbagai teori dan pembuktiannya
secara langsung sehingga siswa akan paham benar tentang bagaimana suatu proses
terjadi, apa saja penyebabnya, dan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempercepat ataupun menghambat proses tersebut. Semakin banyak pembelajaran
MIPA yang diperoleh seorang siswa, akan mempangaruhi tingakat pemahamannya
terhadap berbgai macam teori. Disini tentu saja ketika siswa tersebut
dihadapkan pada suatu kondisi, dia akan lebih tanggap dan lebih kritis dalam
menanggapinya, berkenaan dengan banyaknya pengetahuan dan wawasan yang telah ia
dapatkan dalam pembelajaran MIPA beserta berbagai eksperimen pembuktian yang
telah ia lakukan.
6)
Kreatif dan inovatif
Dalam
melakukan pembuktian teori, biasanya dilakukan praktikum dengan selalu
menggunakan alat dan bahan yang sama, karena ditakutkan apabila menggunakan
alat atau bahan yang berbeda maka akan mempengaruhi hasil praktikum yang hendak
dicapai. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa tentunya
membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi termasuk rasa ingin
tahu apabila pembuktian teori yang dilakukan menggunakan suatu alat dan bahan
yang tidak umum digunakan.
12
Oleh karena itu mulai bermunculan
berbagai macam ide dan gagasan untuk melakukan kreasi praktikum, hal ini secara
langsung maupun tidak langsung telah menyebabkan perkembangan sikap ilmiah
berupa peningkatan kreatif siswa.
Selain itu,
dari berbagai macam bahan yang berbeda, tentunya akan didapatkan hasil yang
tidak selalu sama, terkadang percobaan praktikum dengan bahan praktikum yang
berbeda malah akan menghailkan suatu produk yang unik dan memerlukan penanganan
yang berbeda pula. Oleh karena itulah pembelajaran MIPA akan mempengaruhi sikap
ilmiah berupa peningkatan sikap inovatif
siswa.
7)
Peduli terhadap lingkungan
Dengan
mengenal praktikum melalui pembelajaran MIPA, tentunya siswa juga akan belajar
dan tahu tentang dampak yang akan terjadi apabila suatu proses terjadi dan
mengetahui pula bagaimana cara pencegahan serta penanganannya. Disini dampak
yang dibicarakan merupakan dampak yang bersifat baik ataupun buruk terhadap
kondisi lingkungan sekitar. Dengan mengetahui dampak yang akan terjadi kepada
lingkungan, tentunya siswa akan lebih paham dan sadar diri dengan akan
menjaganya sebak mungkin. Disinilah peran MIPA yang sangat penting, karena
semakin siswa mendalami pelajaran MIPA, maka mereka akan semakin mencintai
lingkungan hidupnya, sehingga akan semakin meningkatkan sikap ilmiah berupa
peduli terhadap lingkungan.
13
BAB.IV
PENUTUP
SARAN
Pembelajaran MIPA berperan penting bagi penambahan
wawasan siswa, juga untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa. Untuk itu
pembelajaran MIPA hendaknya diberikan kepada siswa dengan melalui pembelajaran
yang tepat dan seimbang antara teori dan praktikum. Teori maupun praktikum
dalam MIPA tidak boleh mendominasi antara satu sama lain. Pemberian
pembelajaran MIPA yang tepat bagi siswa ini akan mampu meningkatkan wawasan dan
mengembangkan sikap ilmiah siswa dengan maksimal sesuai tujuan utama
pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mahargono, dkk.1994.DASAR-DASAR
PENDIDIKAN MIPA.UNS:Surakarta
15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar