Minggu, 28 Desember 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM HORTIKULTURA Budidaya Tanaman Terung (Solanum melongena L)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
HORTIKULTURA

Acara 3

I.                   Judul                    : Budidaya Tanaman Terung (Solanum melongena L)

II.                Tujuan                
1.      Mengetahui teknik pembudidayaan tanaman terong (Solanum melongena L) secara tepat, baik, dan benar
2.      Mengetahui pupuk yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman terong
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong

III.             Dasar Teori
Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti usaha tani. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan member hasil. Usaha budidaya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi (Wikipedia.org/wiki/budi_daya).
Menurut Like Irianti., dkk (2013), pengelolaan tanaman budidaya yang dilakukan harus memperhatikan 5 aspek penting, antara lain :
1.      Penanaman
Sebelum melakukan penanaman, disiapkan terlebih dahulu media tanam. Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari sinilah tanaman menyerap unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, kompos, dan sekam atau sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1 yang dicampur dan diaduk hingga merata. Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam wadah tanam seperti pot, polybag, rak/bambu vertikultur.
Bibit yang dipilih untuk ditanam adalah bibit yang telah memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
a.       Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan ukurannya relatif seragam;
b.      Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Jika menanam di pot atau polybag sebaiknya satu pot untuk satu bibit. Sedangkan jika menanam di bambu/talang air pada model vertikultur, buat jarak tanam sekitar 15-20 cm;
c.       Keluarkan bibit dari wadahnya secara hati-hati agar tidak rusak;
d.      Masukkan ke dalam lubah yang telah dibuat di wadah tanam, kemudian tutup kembali lubang tersebut dengan media tanam;
e.       Lakukan penyiraman secara merata hingga media tanam menjadi basah.
2.      Pemupukan
Untuk sayuran yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih banyak dalam media tanam, misalnya 2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan sekam. Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata pada media tanam.
Sedangkan untuk budidaya non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia seperti pupuk majemuk NPK; campuran pupuk tunggal Urea, TSP, dan KCL masing-masing satu bagian; atau pupuk pelengkap cair. Jenis pupuk kimia tersebut bayak tersedia di toko sarana dan prasarana pertanian ataupun kios-kios tanaman.
3.      Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari.
4.      Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang terdapat pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan insektisida nabati. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan.
Khusus untuk hama jenis serangga, dapat menggunakan metode yellow trap yaitu dengan menggunakan karton yang berwarna kuning yang telah dilumuri lem kedua sisinya kemudian dipasang dengan kayu di sekitar tanaman. Untuk pengendalian penyakit, dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman yang terserang sehingga tidak menulari tanaman lainnya atau dengan aplikasi pestisida nabati.
5.      Pemanenan
Untuk tanaman sayuran daun seperti kangkung, kemangi, kenikir, kucai, dan seledri, pemanenan dapat dilakukan secara berulang. Pemanenan sayuran tersebut dapat dilakukan dengan memotong batang atau pucuk daun atau bagian daun yang sudah cukup tua. Sebagian sayuran lainnya seperti selada, bayam, sawi, kangkung cabut, dipanen hanya sekali dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya. Sedangkan untuk sayuran buah atau tanaman buah, umumnya dipanen secara bertahap sesuai dengan fase kematangan buah atau sesuai keinginan.
Terung merupakan jenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relative murah (Liana Dwi, 2007).
      Terung merupakan tanaman dari famili solanaceae yang memiliki ukuran tinggi 40-80 cm, daun besar, dengan lobus yang besar. Panjang daun 10-20 cm, lebar daun 5-10 cm. bunga berwarna antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sari berwarna kuning, buah berwarna ungu muda hingga ungu tua dengan panjang 5-10 cm. diameter buah 5-8 cm, bentuknya bulat panjang. Umumnya tanaman terung dibudidayakan secara konvensional, namun tidak ada salahnya jika tanaman terung dibudidayakan secara organik. Selain produk yang dihasilkan menyehatkan, hal ini juga berkaitan erat dengan harga yang ditawarkan. Terung organik akan memberikan harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga terung yang dibudidayakan secara konvensional. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu upaya dalam peningkatan hasil pertanian (Fuji Astuti, 2012).
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Buah terung dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau lalapan. juga mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Di Indonesia hasil terung rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar padahal untuk luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rahmat Rukmana,1995).
Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi yang mengabaikan atau tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, bahan-bahan yang mempercepat pertumbuhan dan bahan adiktif lainnya untuk memaksimumkan produksi. Sistem Pertanian Organik mempercayakan pada rotasi pemanenan, hasil residu, pupuk kandang, pupuk hijau, sampah dan pertanian organik dengan memperhatikan aspek-aspek biologi, pengontrolan hama untuk mempertahankan produktivitas tanah dan limbah serta mendukung nutrisi tumbuhan dalam mengontrol serangga tumbuhan liar dan hama lainnya (USDA dalam bahan Diklat PPPTAL, 2009).
Pembudidayaan terhadap tanaman terung dilakukan dengan hal-hal berikut :
1.      Syarat tumbuh
Tanaman terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik serta pada pH antara 6,8 - 7,3. Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi, suhu udara 22 - 30oC (Rahmat Rukmana, 2011).
2.      Pengolahan media
              Untuk menanam terung di dalam pot/polybag, perhatikan agar media tanamnya memiliki daya resap air yang tinggi. Cara yang gampang adalah dengan mencampur media tanam dengan pasir atau media lain yang tidak menahan air, misalnya sekam. Soal wadah tanaman, kita dapat menggunakan ember, bekas wadah cat tembok, ataupun pot yang dilubangi bagian sampingnya dan bawahnya untuk mengalirkan air siraman (Hartoyo, 2010).
3.      Penanaman
Lakukan penanaman satu bibit tanaman terong hasil cabutan pada satu coblakan (lubang tanam). Waktu tanam yang baik, pada saat awal musim kemarau / penghujan tetapi dapat saja sepanjan musim asal air t5anahnya mamadai dan menanam sebaiknya pada sore hari, supaya tanaman tidak stres dan dapat berdaptasi dengan lingkungan barunya.
4.      Pemeliharaan
a.       Penyulaman : dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau mati, sulamlah tanaman yang mati 1 minggu setelah tanam atau maksimal 15 HST. Setelah tanam, penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman persatuan luas akan tetap optimun sehingga target produksi akan tetap tercapai.
b.      Pemasangan ajir : dilakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu perakaran, ajir secara individu dekat batang tanaman.
c.       Penyiangan : dilakukan dengan usaha upaya pengendalian atau pengurangan gulma yang tumbuh diareal penanaman. Kehadiran gulma diberantas karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Penyiangan gulma dapat dilakukan 2-3 kali. Penyiangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kimia maupun manual. Adapun secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida, dan secara manual dilakukan dengan menggunakan tangan, kored, dll.
d.      Pengairan : supaya tanaman tidak lekas layu maka harus diberi air secukupnya dan pada awal pertumbuhan tanaman dilakukan rutin tiap hari pengairan berikutnya tergantung musim. Pengairan dapat dilakukan dengan memakai gembor atau spray kecil.
Penyiraman dilakukan setiap hari.
e.       Pembumbunan : bertujuan untuk menjaga supaya tanaman tidak rebah, perakarannya menyebar dan supaya akar tanaman tidak muncul dipermukaan tanah. Pembubunan dapat dilakukan dengan menggunakan kored  atau dengan tangan.
f.       Pemangkasan : dilakukan pada tanaman mudah yang kurang produksi yang bertujuan untuk mengurangi kerimbunan pohon, agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup dan mengurangi kelembaban. Alat yang digunakan dalam pemangkasan adalah pisau dan guntin pangkas atau bisa dengan tangan.Bagian yang perlu dipangkas adalah: pembuangan daun-daun yang sudah menguning, patahkan tunas liar dengan tangan atau gunting dan pisau tajam, selain tunas liar perempelan juga dilakukan terhadap bunga pertama.
g.      Pemupukan : dengan memberikan zat-zat makan pada tanaman serta memperbaiki struktur tanah. Pemupukan dilakukan dengan tujuan atau menambah unsur hara bagi tanaman. Cara pemupukan bisa dilakukan denga  spray kecil, hand sprayer dan gembor maupun langsung disebarkan. Selain pupuk kandang/kompos, dapat juga ditambahkan NPK sebanyak 10 gram yang dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan tersebut disiram sebanyak 1 gelas air mineral per polybag, diusahakan tidak terkena batang.
5.      Pemanenan
§   Terong dapat dipanen pertama kali pada umur 70-80 hari setelah tanam;
§   Cara panen buah dipetik/dipotong bersama tangkainya;
§   Frekuensi panen 5-7 hari sekali sampai berumur 6 bulan.
(Like Irianti., dkk., 2013)
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Ketiga unsur dalam pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman dalam tiga cara. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
·         N – nitrogen: membantu pertumbuhan vegetatif, terutama daun
·         P – fosfor: membantu pertumbuhan akar dan tunas
·         K – kalium: membantu pembungaan dan pembuahan
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfungsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim.


Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan pada tumbuhan :
1.      Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2.      Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Macam-macam hormon pada tumbuhan: Auksin,Giberelin,Sitokinin,Gas Etilen,Asam,AbsisatKalin

IV.             Variabel
·         Variable Terikat : Pertumbuhan tanaman terong
·         Variable control : Jenis tanaman (terong ungu/Solanum melongena L.), media tanam, lokasi pembudidayaan, intensitas penyiraman.
·         Variable bebas : Jenis pupuk yang diberikan

V.                Alat dan Bahan
Alat
Bahan
3.      Polybag
4.      Cangkul
5.      Gelas aqua
6.      Kayu
7.      Tali
1.      Bibit tanaman terong ungu
2.      Tanah ladu
3.      Kotoran sapi kering
4.      Pupuk NPK dan EM4
5.      Air kran

VI.              Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan penanaman terhadap tanaman terong ungu (Solanum melongena L.)
2.      Mencampurkan tanah dengan kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 untuk membuat media tanam yang subur bagi pertumbuhan tanaman terong
3.      Memasukkan media tanam yang sudah jadi kedalam 6 buah polybag dengan ketentuan pengisian sebanyak ¾ bagian polybag
4.      Membuat lubang dibagian tengah media dan memasukkan bibit tanaman terong yang sudah dilepaskan dari wadah pembibitannya kedalam lubang tersebut
5.      Menutup bagian samping rongga lubang yang sudah dimasuki bibit terong dengan media disekitarnya dan merapikan media tanam dalam polybag
6.      Melakukan penyiraman awal pada bibit yang sudah ditanam dalam polybag hingga memenuhi kapasitas lapang dari media tanam, yakni hingga tanah menjadi jenuh
7.      Menempatkan keenam polybag berisi bibit tanaman terong ditempat yang mendapatkan cukup penyinaran matahari
8.      Melakukan penyiraman terhadap tanaman terong dalam polybag sebanyak 1 kali dalam sehari, yakni pada sore hari
9.      Melakukan pengamatan terhadap proses pertumbuhan tanaman terong
10.  Memberikan pupuk NPK pada tanaman terong dalam 3 buah polybag dan pupuk EM4 pada tanaman terong dalam 3 buah polybag lainnya setelah usia tanaman mencapai 2 minggu, dan selanjutnya melakukan pemupukan secara rutin setiap 2 minggu sekali
11.  Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman terong

VII.          Data Pengamatan
Terong 1 (pupuk NPK) : 81 cm
Terong 2 (pupuk NPK) : 56 cm
Terong 3 (pupuk NPK) : -
Terong 4 (pupuk EM4) : 69 cm
Terong 5 (pupuk EM4) : 56 cm
Terong 6 (pupuk EM6) : 73 cm

VIII.       Analisa Data
Tujuan dari kegiatan praktikum hortikultura yang telah dilakukan ini antara lain adalah untuk mengetahui teknik pembudidayaan tanaman terong secara tepat, baik, dan benar, mengetahui pupuk yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman terong, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong.
Prinsip kerja dari kegiatan praktikum yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut :
 
Dalam praktikum yang telah dilakukan, digunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya adalah 6 buah polybag yang digunakan sebagai tempat penanaman bibit terong, sebuah cangkul yang digunakan untuk mencampurkan tanah dan kotoran sapi kering dalam pembuatan media tanam, gelas aqua yang digunakan untuk takaran penyiraman air kepada masing-masing terong, kayu dan tali yang digunakan untuk menyangga tanaman terong yang sudah agak besar agar batangnya tidak membengkok, bibit tanaman terong sebagai tanaman yang hendak ditumbuhkan, tanah ladu sebagai media utama penumbuhan bibit tanaman tomat, kotoran sapi keriing sebagai pupuk organic untuk campuran media tanam, pupuk NPK dan EM4 sebagai pembeda perlakuan penumbuhan tanaman, dan air untuk penyiraman setiap harinya.
Pada praktikum kali ini, variable terikat yang hendak diukur adalah pertumbuhan tanaman terong dalam masing-masing polybag. Variabel control yang diberlakukan kepada keseluruhan tanaman uji antara lain jenis tanaman (terong ungu/Solanum melongena L.), media tanam, lokasi pembudidayaan, intensitas penyiraman. Sementara variable bebasnya adalah berupa pemberian pupuk,dimana 3 tanaman diberi pupuk NPK, dan 3 tanaman yang lain diberikan pupuk EM4.
Pengelolaan pembudidayaan tanaman terong ungu (Solanum melongena L.) yang sudah dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit dilakukan langsung oleh dosen pembimbing mata kuliah hortikultura, dilakukan dengan kriteria tanaman dengan jenis dan usia yang relative sama. Praktikan hanya tinggal melakukan penanaman terhadap bibit yang sudah disediakan oleh dosen pembimbing.
2.      Penyediaan Syarat Tumbuh
Penyediaan syarat tumbuh dilakukan dengan pemilihan lokasi yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman terong ungu. Pemiilihan lokasi dengan mempertimbangkan ketersediaan air dan sumber cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada praktikum kali ini, pemilihan lokasi untuk melakukan pembudidayaan tanaman terong ungu ini adalah di greenhouse laboratorium pusat Universitas Sebelas Maret.


3.      Pengolahan Media Tanam
Pengolahan media tanam dilakukan dengan menyeleksi jenis tanah yang subur dan pupuk organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pada praktikum kali ini, jenis tanah yang digunakan adalah tanah ladu, sementara pupuk organik diambil dari kotoran sapi yang sudah dikeringkan. Kedua bahan ini dicampur hingga merata dengan perbandingan 1:1, barulah digunakan sebagai media untuk menanam tanaman terong.
4.      Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit kedalam polybag yang sudah diisi media tanam. Proses yang dilakukan adalah pertama-tama membuat lubang dalam polybag, kemudian memindahkan bibit kedalam polybag dengan menanamnya dalam lubang yang sudah dibuat. Pada praktikum yang dilakukan, satu polybag hanya diisikan 1 tanaman terong saja, kemudian polybag berisi tanaman tomat ini dipindahkan ke lokasi penanaman, yakni di greenhouse lab pusat UNS dengan memposisikan tanaman secara berkelompok sesuai dengan rencana perlakuan yang akan diberikan nantinya, yaki tanaman 1, 2, dan 3 dalam satu baris, dan tanaman 4, 5, 6 dalam 1 baris lagi disampingnya.
5.      Pemeliharaan
Pada praktikum kali ini, pemeliharaan terhadap tanaman tomat dilakukan dengan penyiraman secara berkala sebanyak satu kali dalam sehari, dilakukan pada sore hari. Selain itu juga dilakukan pemupukan dengan intensitas 2 minggu sekali, dimana pemberian pupuk menjadi factor perlakuan yang dibedakan. Tiga buah tanaman dalam polybag 1, 2, dan 3 diberi perlakuan menggunakan pupuk NPK, sementara 3 tanaman terong yang lain, yakni dalam polybag 4,5 dan 6 diberi perlakuan memnggunakan pupuk EM4. Dosis pemupukan untuk 1 kali dipupuk adalah sebanyak 5 gram puupuk NPK/tanaman, dan 1% pupuk EM4 /tanaman. Penyiangan terhadap gulma dilakukan setiap hari apabila terdapat gulma yang tumbuh pada polybag tanaman tomat. Namun tidak dilakukan penyulaman, pemasangan ajir dan pengairan karena penanaman dilakukan di polybag, bukan lahan. 
6.      Pemanenan
Pada praktikum kali ini, tidak dilakukan pemanenan, hal tersebut karena tanaman tomat yang ditumbuhkan belum sampai pada tahap berbuah.
Menurut Like Irianti (2013), tanaman terong dapat dipanen pertama kali pada umur 70-80 hari setelah tanam. Hal tersebut berarti bahwa setelah usia 2 bulan, tanaman terong sudah menunjukkan tingkat perkembangan munculnya buah, dan sebelum menginjak bulan ke-3, buah terong sudah bias dipanen oleh penanamnya.
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan terhadap budidaya tanaman terong, setelah usia 3 bulan dari proses penanaman, kondisi tanaman terong di lapangan adalah sebagai berikut :
1.         Tanaman terong 1 (pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 1 terlihat menunjukkan kondisi yang buruk, dimana tanaman mengalami kondisi layu, sebagian daun mengering, terjadi pengguguran daun yang tidak normal, batang tanaman yang kurus dan kering, bagian pucuk/meristem yang keriting, dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 1 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 81 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan pada batangnya.
2.         Tanaman terong 2 (pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 2 terlihat menunjukkan kondisi yang buruk sama seperti kondisi pada tanaman terong 1, namun tanaman terong 2 terlihat sedikit lebih baik disbanding terong 1. Tanaman mengalami kondisi layu, sebagian daun mengering, terjadi pengguguran daun, batang tanaman yang kurus dan kering, bagian pucuk/meristem yang keriting, dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 2 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 74 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman terong 2 ini mengalami pertumbuhan keatas dan memiliki percabangan batang yang jelas.
3.         Tanaman terong 3 (pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 3 terlihat menunjukkan kondisi yang sangat buruk, hal tersebut dikarenakan tanaman terong 3 ini sudah mengalami kematian pada bulan 2 setelah penanaman.
4.         Tanaman terong 4 (pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 4 terlihat menunjukkan kondisi yang cukup baik. Tanaman terlihat masih segar, tidak ada daun yang terlihat mengering, bagian pucuk/meristem yang masih tumbuh dengan baik, namun terjadi pengguguran daun, batang tanaman kurus, , dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 4 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 69 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan pada batangnya.
5.         Tanaman terong 5 (pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 5 terlihat menunjukkan kondisi yang cukup baik dimana kondisinya hampir sama dengan tanaman terong 4. Tanaman terlihat masih segar meskipun ada sebagian daun yang tampak layu, tidak ada daun yang terlihat mengering, bagian pucuk/meristem masih tumbuh dengan baik, namun terjadi pengguguran daun, batang tanaman kurus, , dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 5 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 56 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan pada batangnya.
6.         Tanaman terong 6 (pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah 3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 6 terlihat menunjukkan kondisi sedikit lebih buruk dibanding tanaman terong 5. Tanaman terlihat masih segar meskipun ada sebagian daun yang tampak layu, sebagian daun terlihat mengering, bagian pucuk/meristem masih tumbuh dengan baik, terjadi pengguguran daun, batang tanaman kurus, , dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 6 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 73 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan pada batangnya.

Berdasarkan  kenampakan kondisi yang ada pada keseluruhan tanaman terong yang dibudidayakan, dapat diperoleh kesimpulan data bahwa :
1.      Semua tanaman terong yang dibudidayakan tidak mengalami perkembangan perbungaan maupun bembuahan, baik pada tanaman yang diberikan pupuk NPK maupun tanaman yang diberi pupuk EM4.
2.      Tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk EM4 mengalami kondisi yang lebih baik dibandingkan tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk NPK.
3.      Posisi/letak tanaman terong menentukan tingkat kelayuan tanaman, dimana semakin kekanan posisi tanaman, maka semakin layu kondisinya. Hal tersebut dapat dilihat dari penyusunan posisi tanaman terong, yakni sebagai berikut :
 






Dari posisi tersebut, terlihat bahwa tanaman terong yang berada dipaling kanan memiliki kelayuan yang lebih parah dibanding tanaman terong sebelah kirinya, baik pada perlakuan NPK maupun EM4. Bahkan pada tanaman terong yang diberi pupuk NPK, tanaman yang berada paling kanan (terong3) mengalami kematian. Perbedaan kondisi tanaman terong yang muncul akibat pemposisian tanaman terong ini terjadi karena adanya perbedaan pemerolehan sinar matahari, dimana tanaman  yang berada di sebelah kiri mendapatkan kondisi yang lebih teduh dibandingkan tanaman sebelah kanan, selain itu perbedaan lamanya penyinaran juga terjadi karena tanaman yang berada disebelah kiri tertutup oleh tembok, sehingga ketika hari sudah sore, tanaman sudah tidak terkena sinar, sementara tanaman yang berada di sebelah kanan masih terkena sinar matahari. Hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan, yakni menunjukkan bahwa semakin panas suhu/temperature lingkungan, maka semakin lambat/buruk tingkat pertumbuhan tanaman terong.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maka dapat dibuat perbandingan dengan teori, sebagai berikut :
No
Hail Pengamatan
Teori
Kesesuaian
1
Setelah penanaman selama 3 bulan, tanaman terong belum menunjukkan munculnya bunga maupun buah.
Tanaman terong dapat dipanen pertama kali pada umur 70-80 hari setelah tanam.
Tidak sesuai dengan teori
2
Tanaman terong yang dipupuk menggunakan EM4 jauh lebih segar daripada tanaman yang dipupuk menggunakan NPK.
Pupuk EM4 adalah pupuk anorganik, sedangkan pupuk NPK adalah pupuk organic. Pupuk anorganik memiliki sifat lebih mudah atau lebih cepat diserap oleh tanaman.
Sesuai dengan teori
3
Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin rendah kualitas/tingkat pertumbuhan tanaman terong.
Salah satu syarat tumbuh tanaman terong adalah bahwa tanaman terong dapat tumbuh di dataran rendah tinggi, suhu udara 22 - 30oC
Sesuai dengan teori
Ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan teori hanya terjadi pada tingkat pertumbuhan tanaman terong, dimana berdasarkan teori, tanaman terong sudah bias mencapai masa panen pada usia 70-80 hari, namun dalam percobaan, setelah 3 bulan penanaman tanaman terong belum berbunga maupun berbuah. Perbedaan antara hasil percobaan dengan teori ini terjadi karena :
1.      Perbedaan varietas : teori tentang pemanenan buah terong 70-80 hari setelah penanaman merupakan teori yang ditujukan untuk tanaman terong secara umum, sementara kita tahu bahwa tanaman terong memiliki beragam varietas. Tanaman terong yang ditanam oleh praktikan tidak juga menunjukkan adanya perbungaan maupun pembuahan setelah ditanam selama 3 bulan, hal tersebut mungki karena varietas terong yang ditanam merupakan jenis terong yang memiliki masa perbungaan maupun pembuahan yang lama.
2.      Tidak terpenuhinya syarat tumbuh tanaman : tanaman terong baiknya ditanam pada tanah lempung berpasir, dengan pH 6,8-7,3 serta suhu dataran tinggi 22-30oC. Namun pada percobaan, tanaman terong ditanam pada tanah ladu yang merupakan jenis tanah pasir berlempung, dan ditanam pada greenhouse dengan temperature yang cukup panas, oleh sebab itu pertumbuhan tanaman terong menjadi tidak optimal.
3.      Pemeliharaan yang kurang tepat : pemeliharaan tanaman terong, seharusnya dilakukan penyiraman setiap hari secara berkala, namun karena pada hari Sabtu dan Minggu praktikan tidak ada jadwal kuliah, maka pada hari-hari tersebut tanaman terong tidak mendapatkan penyiraman. Selain itu frekuensi pemupukan yang diberikan adalah 2 minggu sekali, hal ini dirasa terlalu lama, sehingga kecukupan nutrisi yang dibutuhkan terong menjadi kurang maksimal.
4.      Kurangnya keterampilan dan pengalaman praktikan dalam pembudidayaan tanaman : untuk mampu menghasilkan tanaman budidaya yang berkualitas baik, maka penanamnya harus mengetahui cara pembudidayaan tanaman tersebut. Namun kali ini praktikan belum memiliki wawasan yang cukup dan pengalaman terhadap budidaya yang masih kurang, sehingga dalam proses pembudidayaan terong yang dilakukan, masih banyak sekali kesalahan teknik yang terjadi, sehingga tanaman terong-pun tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

IX.             Kesimpulan
·         Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi. Untuk dapat membudidayakan tanaman terong dengan tepat,baik dan benar, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
1)      Syarat tumbuh tanaman terong
2)      Pengolahan media tanam
3)      Penanaman tanaman terong
4)      Pemeliharaan tanaman terong
5)      Pemanenan tanaman terong
·         Pupuk yang baik digunakan untuk menanam tanaman terong adalah pupuk EM4, hal tersebut karena berdasarkan hasil percobaan, tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk EM4 memiliki pertumbuhan dan kondisi yang ebih baik dibandingkan tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk NPK.
·         Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong antara lain :
1)      Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2)      Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Macam-macam hormon pada tumbuhan: Auksin,Giberelin,Sitokinin,Gas Etilen,Asam,AbsisatKalin


X.                Daftar Pustaka
Astuti, Fuji. 2012. Pengaruh Jarak Tanam pada Budidaya Terong Ungu (Solanum melongena L.) secara Organik. Lampung : Politeknik Negeri Lampung
Diklat Pertanian Organik PPPTAL. 2009. www.organic-p3tal.com
Dwi Sri Hastuti, Liana. 2007. Terung-Tinjauan Langsung di Beberapa Pasar di Kota Bogor. Bogor : USU Press
Haryoto. 2010. Kreatif di Seputar Rumah: Menanam Terong di Pot. Bandung: Kanisius
Like Irianti, dkk. 2013. Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan  Badan Ketahanan Pangan  Kementerian Pertanian RI
Soetasad, A. Adi. 2000. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta
Rukmana, Rahmat.1995. Bertanam Terung. Yogyakarta : Kanisius.
Rukmana, Rahmat. 2011.  Bertanam Terung. Bandung: Kanisius.

XI.             Lampiran
1 lembar dokumentasi praktikum sebagai lembar laporan sementara




Mengetahui,                                                                           Surakarta, 25 Desember 2014
Asisten,                                                                                               Praktikan,

 


NIM.                                                                                                   NIM. 


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM HORTIKULTURA

 
TERONG 1= 81 cm                            TERONG 2= 74 cm                            TERONG 3= mati
  
TERONG 4= 69 cm                            TERONG 5 = 56 cm                           TERONG 6 = 73 cm
>>>Semua terong belum berbuah
Terong 123 = diberi pupuk NPK (butiran)
Terong 456 = diberi pupuk EM4 (cair)