LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
HORTIKULTURA
Acara 3
I.
Judul : Budidaya
Tanaman Terung
(Solanum melongena L)
II.
Tujuan
1. Mengetahui teknik pembudidayaan tanaman terong (Solanum melongena L) secara tepat, baik,
dan benar
2. Mengetahui pupuk yang sesuai untuk pembudidayaan
tanaman terong
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman terong
III.
Dasar
Teori
Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan
sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil
panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti usaha tani. Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan
member hasil. Usaha budidaya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media
lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya
yang bernilai ekonomi (Wikipedia.org/wiki/budi_daya).
Menurut Like
Irianti., dkk (2013), pengelolaan tanaman budidaya yang dilakukan harus
memperhatikan 5 aspek penting, antara lain :
1.
Penanaman
Sebelum
melakukan penanaman, disiapkan terlebih dahulu media tanam. Media tanam adalah
tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari sinilah tanaman
menyerap unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran
antara tanah, kompos, dan sekam atau sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1 yang
dicampur dan diaduk hingga merata. Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke
dalam wadah tanam seperti pot, polybag, rak/bambu vertikultur.
Bibit
yang dipilih untuk ditanam adalah bibit yang telah memiliki daun sempurna 3-5
helai. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
a.
Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan ukurannya relatif
seragam;
b.
Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Jika menanam di pot
atau polybag sebaiknya satu pot untuk satu bibit. Sedangkan jika menanam di
bambu/talang air pada model vertikultur, buat jarak tanam sekitar 15-20 cm;
c.
Keluarkan bibit dari wadahnya secara hati-hati agar tidak
rusak;
d.
Masukkan ke dalam lubah yang telah dibuat di wadah tanam, kemudian
tutup kembali lubang tersebut dengan media tanam;
e.
Lakukan penyiraman secara merata hingga media tanam menjadi
basah.
2.
Pemupukan
Untuk
sayuran yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang digunakan adalah
pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granul. Pemberian
pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam dengan menambah volume pupuk
kompos atau pupuk kandang lebih banyak dalam media tanam, misalnya 2 atau 3
bagian dibandingkan tanah dan sekam. Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik
cair yang telah tersedia di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat
sendiri. Intensitas pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali
dengan cara melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara
merata pada media tanam.
Sedangkan
untuk budidaya non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
kimia seperti pupuk majemuk NPK; campuran pupuk tunggal Urea, TSP, dan KCL
masing-masing satu bagian; atau pupuk pelengkap cair. Jenis pupuk kimia
tersebut bayak tersedia di toko sarana dan prasarana pertanian ataupun
kios-kios tanaman.
3.
Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung
pada volume media tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman.
Semakin kecil volume media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta
populasinya, maka intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian,
penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari.
4.
Pengendalian
hama dan penyakit
Pengendalian
hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang
terdapat pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan
insektisida nabati. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri
dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan.
Khusus
untuk hama jenis serangga, dapat menggunakan metode yellow trap yaitu dengan
menggunakan karton yang berwarna kuning yang telah dilumuri lem kedua sisinya
kemudian dipasang dengan kayu di sekitar tanaman. Untuk pengendalian penyakit,
dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman yang terserang sehingga tidak
menulari tanaman lainnya atau dengan aplikasi pestisida nabati.
5.
Pemanenan
Untuk
tanaman sayuran daun seperti kangkung, kemangi, kenikir, kucai, dan seledri,
pemanenan dapat dilakukan secara berulang. Pemanenan sayuran tersebut dapat
dilakukan dengan memotong batang atau pucuk daun atau bagian daun yang sudah
cukup tua. Sebagian sayuran lainnya seperti selada, bayam, sawi, kangkung
cabut, dipanen hanya sekali dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya.
Sedangkan untuk sayuran buah atau tanaman buah, umumnya dipanen secara bertahap
sesuai dengan fase kematangan buah atau sesuai keinginan.
Terung merupakan jenis tumbuhan yang dikenal sebagai
sayur-sayuran dan ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung
dikenal dengan nama ilmiah Solanum
melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal
di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, terung hampir selalu
ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relative murah
(Liana Dwi, 2007).
Terung merupakan tanaman dari famili
solanaceae yang memiliki ukuran tinggi 40-80 cm, daun besar, dengan lobus yang
besar. Panjang daun 10-20 cm, lebar daun 5-10 cm. bunga berwarna antara putih
hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sari berwarna
kuning, buah berwarna ungu muda hingga ungu tua dengan panjang 5-10 cm. diameter
buah 5-8 cm, bentuknya bulat panjang. Umumnya tanaman terung dibudidayakan
secara konvensional, namun tidak ada salahnya jika tanaman terung dibudidayakan
secara organik. Selain produk yang dihasilkan menyehatkan, hal ini juga
berkaitan erat dengan harga yang ditawarkan. Terung organik akan memberikan
harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga terung yang dibudidayakan
secara konvensional. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu upaya dalam
peningkatan hasil pertanian (Fuji Astuti, 2012).
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak
digemari oleh berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad,
2000). Buah terung dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau
lalapan. juga mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Di
Indonesia hasil terung rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar padahal
untuk luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rahmat Rukmana,1995).
Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi yang
mengabaikan atau tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, bahan-bahan yang
mempercepat pertumbuhan dan bahan adiktif lainnya untuk memaksimumkan produksi.
Sistem Pertanian Organik mempercayakan pada rotasi pemanenan, hasil residu,
pupuk kandang, pupuk hijau, sampah dan pertanian organik dengan memperhatikan aspek-aspek
biologi, pengontrolan hama untuk mempertahankan produktivitas tanah dan limbah
serta mendukung nutrisi tumbuhan dalam mengontrol serangga tumbuhan liar dan
hama lainnya (USDA dalam bahan Diklat PPPTAL, 2009).
Pembudidayaan
terhadap tanaman terung dilakukan dengan hal-hal berikut :
1.
Syarat tumbuh
Tanaman terung dapat
tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk
tanaman terung adalah jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik,
aerasi dan drainasenya baik serta pada pH antara 6,8 - 7,3. Dapat tumbuh di
dataran rendah tinggi, suhu udara 22 - 30oC (Rahmat Rukmana, 2011).
2.
Pengolahan media
Untuk menanam terung di
dalam pot/polybag,
perhatikan agar media tanamnya memiliki daya resap air yang tinggi. Cara yang
gampang adalah dengan mencampur media tanam dengan pasir atau media lain yang
tidak menahan air, misalnya sekam. Soal wadah tanaman, kita dapat menggunakan
ember, bekas wadah cat tembok, ataupun pot yang dilubangi bagian sampingnya dan
bawahnya untuk mengalirkan air siraman
(Hartoyo, 2010).
3.
Penanaman
Lakukan
penanaman satu bibit tanaman terong hasil cabutan pada satu coblakan (lubang
tanam). Waktu tanam yang baik, pada saat awal musim kemarau / penghujan tetapi
dapat saja sepanjan musim asal air t5anahnya mamadai dan menanam sebaiknya pada
sore hari, supaya tanaman tidak stres dan dapat berdaptasi dengan lingkungan
barunya.
4.
Pemeliharaan
a.
Penyulaman : dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau mati,
sulamlah tanaman yang mati 1 minggu setelah tanam atau maksimal 15 HST. Setelah
tanam, penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman persatuan luas akan tetap
optimun sehingga target produksi akan tetap tercapai.
b.
Pemasangan ajir : dilakukan seawal mungkin agar tidak
mengganggu perakaran, ajir secara individu dekat batang tanaman.
c.
Penyiangan : dilakukan dengan usaha upaya pengendalian atau pengurangan
gulma yang tumbuh diareal penanaman. Kehadiran gulma diberantas karena dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil produksi. Penyiangan gulma dapat dilakukan 2-3 kali. Penyiangan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kimia maupun manual. Adapun secara
kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida, dan secara manual dilakukan
dengan menggunakan tangan, kored, dll.
d.
Pengairan : supaya tanaman tidak lekas layu maka harus diberi air
secukupnya dan pada awal pertumbuhan tanaman dilakukan rutin tiap hari
pengairan berikutnya tergantung musim. Pengairan dapat dilakukan dengan memakai
gembor atau spray kecil.
Penyiraman
dilakukan setiap hari.
e.
Pembumbunan : bertujuan untuk menjaga supaya tanaman tidak rebah,
perakarannya menyebar dan supaya akar tanaman tidak muncul dipermukaan tanah. Pembubunan
dapat dilakukan dengan menggunakan kored atau dengan tangan.
f.
Pemangkasan : dilakukan pada tanaman mudah yang kurang produksi yang
bertujuan untuk mengurangi kerimbunan pohon, agar tanaman mendapatkan sinar
matahari yang cukup dan mengurangi kelembaban. Alat yang digunakan dalam
pemangkasan adalah pisau dan guntin pangkas atau bisa dengan tangan.Bagian yang
perlu dipangkas adalah: pembuangan daun-daun yang sudah menguning, patahkan tunas liar dengan tangan
atau gunting dan pisau tajam, selain tunas liar perempelan juga dilakukan terhadap bunga
pertama.
g.
Pemupukan : dengan memberikan zat-zat makan pada tanaman serta
memperbaiki struktur tanah. Pemupukan dilakukan dengan tujuan atau menambah
unsur hara bagi tanaman. Cara pemupukan bisa dilakukan denga spray kecil,
hand sprayer dan gembor maupun langsung disebarkan. Selain pupuk kandang/kompos, dapat juga ditambahkan NPK sebanyak 10 gram
yang dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan tersebut disiram sebanyak 1 gelas
air mineral per polybag, diusahakan tidak terkena batang.
5.
Pemanenan
§ Terong dapat dipanen pertama kali pada umur
70-80 hari setelah tanam;
§ Cara panen buah dipetik/dipotong bersama
tangkainya;
§ Frekuensi panen 5-7 hari sekali sampai berumur
6 bulan.
(Like
Irianti., dkk., 2013)
Pupuk NPK adalah pupuk buatan
yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk
majemuk yang paling umum
digunakan. Ketiga unsur dalam pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman
dalam tiga cara. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
·
N – nitrogen: membantu
pertumbuhan vegetatif, terutama daun
·
P – fosfor: membantu
pertumbuhan akar dan tunas
·
K – kalium: membantu
pembungaan dan pembuahan
Pupuk EM adalah pupuk organik yang
dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah
organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat
meningkatkan kualitas tanah. EM berupa larutan
coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski
berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis
meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida,
alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri
pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu
memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun
mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat
kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat
nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfungsi antioksidan, menekan
bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan
cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian,
meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi
molaritas Benur. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan
bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob
bekerja dengan kekuatan enzim.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pertumbuhan pada tumbuhan :
1.
Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini
merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2.
Faktor internal: faktor yang melibatkan
hormon dan gen yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Macam-macam
hormon pada tumbuhan: Auksin,Giberelin,Sitokinin,Gas Etilen,Asam,AbsisatKalin
IV.
Variabel
·
Variable Terikat
: Pertumbuhan tanaman terong
·
Variable control
: Jenis tanaman (terong ungu/Solanum
melongena L.), media tanam, lokasi pembudidayaan, intensitas penyiraman.
·
Variable bebas :
Jenis pupuk yang diberikan
V.
Alat
dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
3.
Polybag
4.
Cangkul
5.
Gelas
aqua
6.
Kayu
7.
Tali
|
1.
Bibit
tanaman terong ungu
2.
Tanah
ladu
3.
Kotoran
sapi kering
4.
Pupuk NPK
dan EM4
5.
Air kran
|
VI.
Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
melakukan penanaman terhadap tanaman terong ungu (Solanum melongena L.)
2. Mencampurkan tanah dengan kotoran sapi dengan
perbandingan 1 : 1 untuk membuat media tanam yang subur bagi pertumbuhan
tanaman terong
3. Memasukkan media tanam yang sudah jadi kedalam 6 buah polybag
dengan ketentuan pengisian sebanyak ¾ bagian polybag
4. Membuat lubang dibagian tengah media dan memasukkan
bibit tanaman terong yang sudah dilepaskan dari wadah pembibitannya kedalam
lubang tersebut
5. Menutup bagian samping rongga lubang yang sudah
dimasuki bibit terong dengan media disekitarnya dan merapikan media tanam dalam
polybag
6. Melakukan penyiraman awal pada bibit yang sudah
ditanam dalam polybag hingga memenuhi kapasitas lapang dari media tanam, yakni
hingga tanah menjadi jenuh
7. Menempatkan keenam polybag berisi bibit tanaman terong
ditempat yang mendapatkan cukup penyinaran matahari
8. Melakukan penyiraman terhadap tanaman terong dalam
polybag sebanyak 1 kali dalam sehari, yakni pada sore hari
9. Melakukan pengamatan terhadap proses pertumbuhan
tanaman terong
10. Memberikan pupuk NPK pada tanaman terong dalam 3 buah
polybag dan pupuk EM4 pada tanaman terong dalam 3 buah polybag lainnya setelah
usia tanaman mencapai 2 minggu, dan selanjutnya melakukan pemupukan secara
rutin setiap 2 minggu sekali
11. Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman
terong
VII.
Data
Pengamatan
Terong 1 (pupuk NPK) : 81 cm
|
Terong 2 (pupuk NPK) : 56 cm
|
Terong 3 (pupuk NPK) : -
|
Terong 4 (pupuk EM4) : 69 cm
|
Terong 5 (pupuk EM4) : 56 cm
|
Terong 6 (pupuk EM6) : 73 cm
|
VIII.
Analisa
Data
Tujuan dari
kegiatan praktikum hortikultura yang telah dilakukan ini antara lain adalah
untuk mengetahui teknik pembudidayaan tanaman terong secara tepat, baik, dan
benar, mengetahui pupuk yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman terong, dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong.
Prinsip kerja
dari kegiatan praktikum yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut :
Dalam praktikum
yang telah dilakukan, digunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya adalah 6
buah polybag yang digunakan sebagai tempat penanaman bibit terong, sebuah
cangkul yang digunakan untuk mencampurkan tanah dan kotoran sapi kering dalam
pembuatan media tanam, gelas aqua yang digunakan untuk takaran penyiraman air
kepada masing-masing terong, kayu dan tali yang digunakan untuk menyangga
tanaman terong yang sudah agak besar agar batangnya tidak membengkok, bibit
tanaman terong sebagai tanaman yang hendak ditumbuhkan, tanah ladu sebagai
media utama penumbuhan bibit tanaman tomat, kotoran sapi keriing sebagai pupuk
organic untuk campuran media tanam, pupuk NPK dan EM4 sebagai pembeda perlakuan
penumbuhan tanaman, dan air untuk penyiraman setiap harinya.
Pada praktikum
kali ini, variable terikat yang hendak diukur adalah pertumbuhan tanaman terong
dalam masing-masing polybag. Variabel control yang diberlakukan kepada
keseluruhan tanaman uji antara lain jenis tanaman (terong ungu/Solanum melongena L.), media tanam,
lokasi pembudidayaan, intensitas penyiraman. Sementara variable bebasnya adalah
berupa pemberian pupuk,dimana 3 tanaman diberi pupuk NPK, dan 3 tanaman yang
lain diberikan pupuk EM4.
Pengelolaan
pembudidayaan tanaman terong ungu (Solanum
melongena L.) yang sudah dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1.
Pemilihan Bibit
Pemilihan
bibit dilakukan langsung oleh dosen pembimbing mata kuliah hortikultura,
dilakukan dengan kriteria tanaman dengan jenis dan usia yang relative sama.
Praktikan hanya tinggal melakukan penanaman terhadap bibit yang sudah
disediakan oleh dosen pembimbing.
2.
Penyediaan
Syarat Tumbuh
Penyediaan
syarat tumbuh dilakukan dengan pemilihan lokasi yang sesuai untuk pembudidayaan
tanaman terong ungu. Pemiilihan lokasi dengan mempertimbangkan ketersediaan air
dan sumber cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada praktikum kali ini,
pemilihan lokasi untuk melakukan pembudidayaan tanaman terong ungu ini adalah
di greenhouse laboratorium pusat Universitas Sebelas Maret.
3.
Pengolahan Media
Tanam
Pengolahan
media tanam dilakukan dengan menyeleksi jenis tanah yang subur dan pupuk organik
yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pada praktikum kali ini, jenis tanah yang
digunakan adalah tanah ladu, sementara pupuk organik diambil dari kotoran sapi
yang sudah dikeringkan. Kedua bahan ini dicampur hingga merata dengan
perbandingan 1:1, barulah digunakan sebagai media untuk menanam tanaman terong.
4.
Penanaman
Penanaman
dilakukan dengan memindahkan bibit kedalam polybag yang sudah diisi media
tanam. Proses yang dilakukan adalah pertama-tama membuat lubang dalam polybag,
kemudian memindahkan bibit kedalam polybag dengan menanamnya dalam lubang yang
sudah dibuat. Pada praktikum yang dilakukan, satu polybag hanya diisikan 1
tanaman terong saja, kemudian polybag berisi tanaman tomat ini dipindahkan ke
lokasi penanaman, yakni di greenhouse lab pusat UNS dengan memposisikan tanaman
secara berkelompok sesuai dengan rencana perlakuan yang akan diberikan
nantinya, yaki tanaman 1, 2, dan 3 dalam satu baris, dan tanaman 4, 5, 6 dalam
1 baris lagi disampingnya.
5.
Pemeliharaan
Pada
praktikum kali ini, pemeliharaan terhadap tanaman tomat dilakukan dengan
penyiraman secara berkala sebanyak satu kali dalam sehari, dilakukan pada sore
hari. Selain itu juga dilakukan pemupukan dengan intensitas 2 minggu sekali,
dimana pemberian pupuk menjadi factor perlakuan yang dibedakan. Tiga buah
tanaman dalam polybag 1, 2, dan 3 diberi perlakuan menggunakan pupuk NPK,
sementara 3 tanaman terong yang lain, yakni dalam polybag 4,5 dan 6 diberi
perlakuan memnggunakan pupuk EM4. Dosis pemupukan untuk 1 kali dipupuk adalah
sebanyak 5 gram puupuk NPK/tanaman, dan 1% pupuk EM4 /tanaman. Penyiangan
terhadap gulma dilakukan setiap hari apabila terdapat gulma yang tumbuh pada
polybag tanaman tomat. Namun tidak dilakukan penyulaman, pemasangan ajir dan
pengairan karena penanaman dilakukan di polybag, bukan lahan.
6.
Pemanenan
Pada
praktikum kali ini, tidak dilakukan pemanenan, hal tersebut karena tanaman tomat
yang ditumbuhkan belum sampai pada tahap berbuah.
Menurut Like
Irianti (2013), tanaman terong dapat dipanen pertama
kali pada umur 70-80 hari setelah tanam.
Hal tersebut berarti bahwa setelah usia 2 bulan, tanaman terong sudah
menunjukkan tingkat perkembangan munculnya buah, dan sebelum menginjak bulan
ke-3, buah terong sudah bias dipanen oleh penanamnya.
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilaksanakan terhadap budidaya tanaman terong, setelah
usia 3 bulan dari proses penanaman, kondisi tanaman terong di lapangan adalah
sebagai berikut :
1.
Tanaman terong 1
(pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 1 terlihat menunjukkan kondisi yang
buruk, dimana tanaman mengalami kondisi layu, sebagian daun mengering, terjadi
pengguguran daun yang tidak normal, batang tanaman yang kurus dan kering,
bagian pucuk/meristem yang keriting, dan tidak nampak terjadinya pembungaan
maupun pembuahan. Tanaman terong 1 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 81 cm
walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi
proses percabangan pada batangnya.
2.
Tanaman terong 2
(pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 2 terlihat menunjukkan kondisi yang
buruk sama seperti kondisi pada tanaman terong 1, namun tanaman terong 2
terlihat sedikit lebih baik disbanding terong 1. Tanaman mengalami kondisi
layu, sebagian daun mengering, terjadi pengguguran daun, batang tanaman yang
kurus dan kering, bagian pucuk/meristem yang keriting, dan tidak nampak
terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 2 ini dapat tumbuh
mencapai tinggi 74 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman terong 2
ini mengalami pertumbuhan keatas dan memiliki percabangan batang yang jelas.
3.
Tanaman terong 3
(pada polybag yang dipupuk dengan NPK)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 3 terlihat menunjukkan kondisi yang
sangat buruk, hal tersebut dikarenakan tanaman terong 3 ini sudah mengalami
kematian pada bulan 2 setelah penanaman.
4.
Tanaman terong 4
(pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 4 terlihat menunjukkan kondisi yang
cukup baik. Tanaman terlihat masih segar, tidak ada daun yang terlihat
mengering, bagian pucuk/meristem yang masih tumbuh dengan baik, namun terjadi
pengguguran daun, batang tanaman kurus, , dan tidak nampak terjadinya
pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 4 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 69
cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa
terjadi proses percabangan pada batangnya.
5.
Tanaman terong 5
(pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 5 terlihat menunjukkan kondisi yang
cukup baik dimana kondisinya hampir sama dengan tanaman terong 4. Tanaman
terlihat masih segar meskipun ada sebagian daun yang tampak layu, tidak ada
daun yang terlihat mengering, bagian pucuk/meristem masih tumbuh dengan baik,
namun terjadi pengguguran daun, batang tanaman kurus, , dan tidak nampak
terjadinya pembungaan maupun pembuahan. Tanaman terong 5 ini dapat tumbuh
mencapai tinggi 56 cm walaupun keadaannya tidak begitu bagus. Tanaman ini
tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan pada batangnya.
6.
Tanaman terong 6
(pada polybag yang dipupuk dengan EM4)
Setelah
3 bulan dari masa penanaman, tanaman terong 6 terlihat menunjukkan kondisi sedikit
lebih buruk dibanding tanaman terong 5. Tanaman terlihat masih segar meskipun
ada sebagian daun yang tampak layu, sebagian daun terlihat mengering, bagian
pucuk/meristem masih tumbuh dengan baik, terjadi pengguguran daun, batang
tanaman kurus, , dan tidak nampak terjadinya pembungaan maupun pembuahan.
Tanaman terong 6 ini dapat tumbuh mencapai tinggi 73 cm walaupun keadaannya
tidak begitu bagus. Tanaman ini tumbuh keatas tanpa terjadi proses percabangan
pada batangnya.
Berdasarkan kenampakan kondisi yang ada pada keseluruhan
tanaman terong yang dibudidayakan, dapat diperoleh kesimpulan data bahwa :
1.
Semua tanaman
terong yang dibudidayakan tidak mengalami perkembangan perbungaan maupun
bembuahan, baik pada tanaman yang diberikan pupuk NPK maupun tanaman yang
diberi pupuk EM4.
2.
Tanaman terong
yang dipupuk menggunakan pupuk EM4 mengalami kondisi yang lebih baik
dibandingkan tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk NPK.
3.
Posisi/letak
tanaman terong menentukan tingkat kelayuan tanaman, dimana semakin kekanan
posisi tanaman, maka semakin layu kondisinya. Hal tersebut dapat dilihat dari
penyusunan posisi tanaman terong, yakni sebagai berikut :
Dari posisi
tersebut, terlihat bahwa tanaman terong yang berada dipaling kanan memiliki
kelayuan yang lebih parah dibanding tanaman terong sebelah kirinya, baik pada
perlakuan NPK maupun EM4. Bahkan pada tanaman terong yang diberi pupuk NPK,
tanaman yang berada paling kanan (terong3) mengalami kematian. Perbedaan
kondisi tanaman terong yang muncul akibat pemposisian tanaman terong ini
terjadi karena adanya perbedaan pemerolehan sinar matahari, dimana tanaman yang berada di sebelah kiri mendapatkan
kondisi yang lebih teduh dibandingkan tanaman sebelah kanan, selain itu
perbedaan lamanya penyinaran juga terjadi karena tanaman yang berada disebelah
kiri tertutup oleh tembok, sehingga ketika hari sudah sore, tanaman sudah tidak
terkena sinar, sementara tanaman yang berada di sebelah kanan masih terkena
sinar matahari. Hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan, yakni menunjukkan
bahwa semakin panas suhu/temperature lingkungan, maka semakin lambat/buruk
tingkat pertumbuhan tanaman terong.
Berdasarkan
hasil data yang diperoleh, maka dapat dibuat perbandingan dengan teori, sebagai
berikut :
No
|
Hail Pengamatan
|
Teori
|
Kesesuaian
|
1
|
Setelah penanaman selama 3 bulan, tanaman terong
belum menunjukkan munculnya bunga maupun buah.
|
Tanaman terong dapat
dipanen pertama kali pada umur 70-80 hari setelah tanam.
|
Tidak sesuai dengan teori
|
2
|
Tanaman terong yang dipupuk menggunakan EM4 jauh
lebih segar daripada tanaman yang dipupuk menggunakan NPK.
|
Pupuk EM4 adalah pupuk anorganik, sedangkan pupuk
NPK adalah pupuk organic. Pupuk anorganik memiliki sifat lebih mudah atau
lebih cepat diserap oleh tanaman.
|
Sesuai dengan teori
|
3
|
Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin rendah
kualitas/tingkat pertumbuhan tanaman terong.
|
Salah satu syarat tumbuh tanaman terong adalah bahwa
tanaman terong dapat tumbuh di dataran rendah
tinggi, suhu udara 22 - 30oC
|
Sesuai dengan teori
|
Ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan teori
hanya terjadi pada tingkat pertumbuhan tanaman terong, dimana berdasarkan
teori, tanaman terong sudah bias mencapai masa panen pada usia 70-80 hari,
namun dalam percobaan, setelah 3 bulan penanaman tanaman terong belum berbunga
maupun berbuah. Perbedaan antara hasil percobaan dengan teori ini terjadi
karena :
1.
Perbedaan
varietas : teori tentang pemanenan buah terong 70-80 hari setelah penanaman
merupakan teori yang ditujukan untuk tanaman terong secara umum, sementara kita
tahu bahwa tanaman terong memiliki beragam varietas. Tanaman terong yang
ditanam oleh praktikan tidak juga menunjukkan adanya perbungaan maupun
pembuahan setelah ditanam selama 3 bulan, hal tersebut mungki karena varietas
terong yang ditanam merupakan jenis terong yang memiliki masa perbungaan maupun
pembuahan yang lama.
2.
Tidak
terpenuhinya syarat tumbuh tanaman : tanaman terong baiknya ditanam pada tanah
lempung berpasir, dengan pH 6,8-7,3 serta suhu dataran tinggi 22-30oC. Namun pada percobaan, tanaman terong ditanam pada
tanah ladu yang merupakan jenis tanah pasir berlempung, dan ditanam pada
greenhouse dengan temperature yang cukup panas, oleh sebab itu pertumbuhan
tanaman terong menjadi tidak optimal.
3.
Pemeliharaan
yang kurang tepat : pemeliharaan tanaman terong, seharusnya dilakukan
penyiraman setiap hari secara berkala, namun karena pada hari Sabtu dan Minggu praktikan
tidak ada jadwal kuliah, maka pada hari-hari tersebut tanaman terong tidak
mendapatkan penyiraman. Selain itu frekuensi pemupukan yang diberikan adalah 2
minggu sekali, hal ini dirasa terlalu lama, sehingga kecukupan nutrisi yang
dibutuhkan terong menjadi kurang maksimal.
4.
Kurangnya
keterampilan dan pengalaman praktikan dalam pembudidayaan tanaman : untuk mampu
menghasilkan tanaman budidaya yang berkualitas baik, maka penanamnya harus
mengetahui cara pembudidayaan tanaman tersebut. Namun kali ini praktikan belum
memiliki wawasan yang cukup dan pengalaman terhadap budidaya yang masih kurang,
sehingga dalam proses pembudidayaan terong yang dilakukan, masih banyak sekali
kesalahan teknik yang terjadi, sehingga tanaman terong-pun tidak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.
IX.
Kesimpulan
·
Terung termasuk
salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai kalangan karena
mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin
C, fosfor dan zat besi. Untuk dapat membudidayakan tanaman terong dengan
tepat,baik dan benar, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
1)
Syarat tumbuh tanaman
terong
2)
Pengolahan media
tanam
3)
Penanaman tanaman
terong
4)
Pemeliharaan
tanaman terong
5)
Pemanenan tanaman
terong
·
Pupuk yang baik digunakan
untuk menanam tanaman terong adalah pupuk EM4, hal tersebut karena berdasarkan
hasil percobaan, tanaman terong yang dipupuk menggunakan pupuk EM4 memiliki
pertumbuhan dan kondisi yang ebih baik dibandingkan tanaman terong yang dipupuk
menggunakan pupuk NPK.
·
Factor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong antara lain :
1)
Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini
merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2)
Faktor internal: faktor yang melibatkan
hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Macam-macam hormon pada tumbuhan: Auksin,Giberelin,Sitokinin,Gas
Etilen,Asam,AbsisatKalin
X.
Daftar
Pustaka
Astuti, Fuji. 2012. Pengaruh Jarak Tanam pada Budidaya Terong Ungu (Solanum melongena L.)
secara Organik. Lampung : Politeknik Negeri Lampung
Dwi Sri Hastuti, Liana. 2007. Terung-Tinjauan Langsung di Beberapa Pasar di
Kota Bogor. Bogor : USU Press
Haryoto.
2010. Kreatif di Seputar Rumah: Menanam
Terong di Pot. Bandung: Kanisius
Like Irianti, dkk. 2013. Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi. Pusat Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
RI
Soetasad, A. Adi. 2000. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta
Rukmana, Rahmat.1995. Bertanam Terung. Yogyakarta : Kanisius.
Rukmana, Rahmat. 2011. Bertanam Terung. Bandung:
Kanisius.
XI.
Lampiran
1 lembar
dokumentasi praktikum sebagai lembar laporan sementara
Mengetahui, Surakarta,
25 Desember 2014
Asisten, Praktikan,
NIM. NIM.
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
HORTIKULTURA
TERONG 1= 81 cm TERONG 2= 74 cm TERONG 3= mati
TERONG 4= 69 cm TERONG 5 = 56 cm TERONG 6 = 73 cm
>>>Semua
terong belum berbuah
Terong 123 = diberi pupuk NPK (butiran)
Terong 456 = diberi pupuk EM4 (cair)